Tips Mendaki Semeru Musim Hujan: Basah, Berat, Tapi Bikin Merinding Bahagia!. Halo Sobat Jelajah! Semeru—si Mahameru, atapnya Pulau Jawa. Gunung ini bukan sekadar tumpukan batu dan tanah yang menjulang tinggi. Ia adalah legenda hidup. Tempat langit bersatu dengan bumi, tempat rindu menjejak dan harapan menggema di angkasa. Tapi, mendaki Semeru di musim hujan? Wah, itu cerita lain yang butuh nyali, bukan cuma tekad.
Musim hujan mengubah wajah Semeru. Jalur jadi becek, kabut menggantung sepanjang hari, dan badai bisa datang tanpa aba-aba. Tapi kalau kamu cukup nekat (dan tentu, cukup siap), pengalaman yang kamu dapat bisa jadi cerita hidup yang tak akan terlupakan.
Nah, biar pendakianmu nggak berubah jadi drama survival horror, yuk simak Tips Mendaki Semeru di Musim Hujan versi Shelter Jelajah berikut ini!
1. Cek Status Jalur Resmi dari TNBTS
Sobat Jelajah, ini penting banget! Semeru adalah salah satu gunung dengan regulasi ketat, apalagi saat musim hujan. Biasanya, jalur pendakian akan ditutup antara Januari–Maret untuk alasan keselamatan karena curah hujan ekstrem dan potensi longsor tinggi.
Sebelum packing ransel, cek dulu status resmi dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) via akun media sosial atau situs resminya. Jangan asal naik ya—keselamatan nomor satu!
2. Peralatan Anti-Air: Investasi Wajib Musim Hujan
Musim hujan itu keras, Sob. Air bisa masuk dari segala arah—dari atas, samping, bahkan dari dalam tenda. Jadi, kamu butuh perlengkapan yang anti rembes, anti nyesel, dan siap tempur:
- Jas hujan ponco (bukan model plastik sekali pakai)
- Raincover tas dan dry bag
- Flysheet tenda yang kuat dan anti bocor
- Sepatu trekking dengan sol menggigit
- Kaos kaki cadangan dalam dry bag
- Sarung tangan dan beanie (buat ngusir dingin bandel)
Karena satu kaus kaki basah bisa jadi mimpi buruk saat malam tiba.
3. Jalur Ranupani – Kalimati: Siapkan Fisik & Mental
Jalur resmi pendakian Semeru dimulai dari Ranu Pani – Ranu Kumbolo – Kalimati. Dari Kalimati ke puncak Mahameru (Arcopodo dan Cemoro Tunggal), jalurnya ditutup permanen untuk umum karena terlalu berbahaya, apalagi saat musim hujan. Tapi jangan sedih dulu. Pendakian sampai Kalimati atau bahkan Ranu Kumbolo saja sudah cukup buat bikin dada sesak (karena kagum dan dingin, hehe). Saat musim hujan:
- Jalur menuju Ranu Kumbolo becek dan licin.
- Turunan ke Oro-Oro Ombo jadi jebakan lumpur.
- Tanjakan Cinta berubah jadi tanjakan sabar dan sabun.
Jadi, jalan pelan, hati-hati, dan nikmati prosesnya!
4. Jaga Tubuh Tetap Hangat, Jangan Ngotot ke Puncak
Saat hujan turun dan suhu menusuk kulit, tubuh akan lebih cepat kehilangan panas. Maka, bawa logistik yang bisa menghangatkan dari dalam dan luar:
- Minuman jahe panas
- Sup instan, oatmeal, atau bubur seduh
- Coklat, madu, atau energy bar
- Kompor portable tahan angin + gas cadangan
- Jaket hangat, thermal wear, dan kantong penghangat (jika punya)
Ingat: Jangan pernah maksa naik ke puncak Semeru!
Pendakian dibatasi sampai Kalimati dan itu udah cukup buat jadi pengalaman epik di tengah hujan.
5. Siapkan Penerangan Ekstra
Musim hujan bikin hari cepat gelap. Kabut tebal dan mendung bisa bikin jam 2 siang terasa seperti jam 6 sore. Jadi pastikan:
- Headlamp + senter cadangan
- Baterai ekstra dan powerbank
- Simpan semua di dry bag
Jangan andalkan senter HP, karena baterai HP biasanya cepat habis di suhu dingin. Dan percaya deh, gelapnya Semeru saat hujan itu bukan main.
6. Tetap Jalankan Etika Pendakian
Musim hujan bukan alasan untuk meninggalkan sampah. Bahkan, sisa makanan yang dibuang sembarangan bisa mengundang babi hutan atau hewan liar lain.
- Bawa kantong sampah sendiri.
- Jangan buang tissue basah sembarangan.
- Hargai rimba, hargai sesama pendaki.
Kalau kita bisa menaklukkan ego, maka gunung akan menyambut kita dengan hangat—meski dengan pelukan hujan.
Penutup: Musim Hujan, Mahameru, dan Cerita yang Tak Lekang
Mendaki Semeru saat musim hujan bukan tentang menaklukkan puncak, tapi tentang menyatu dengan alam dalam kondisi paling liar dan jujur. Ini tentang menerima hujan sebagai bagian dari perjalanan, bukan penghalang. Tentang belajar bahwa terkadang, berhenti di Kalimati juga bisa membawa pulang sejuta makna.
Jadi, Sobat Jelajah… Kalau kamu memilih untuk melangkah ke Mahameru di tengah rintik hujan, pastikan kamu tak hanya membawa ransel yang siap, tapi juga hati yang lapang dan jiwa yang rendah hati. Selamat menjelajah, Di bawah payung langit dan suara hujan yang bercerita.
Baca Juga : Tips Mendaki Pangrango Musim Hujan