Sejarah Pengelolaan Kawasan
TWA Wera terbentuk berdasarkan penunjukan Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor: 843/Kpts/Um/11/1980 tanggal 25 November 1980 dengan luas kawasan + 250 Ha dengan status Taman Wisata Alam. Kawasan ini termasuk dalam Kelompok Hutan Wera (Hutan Lindung Wera) karena memiliki potensi wisata yang besar berupa panorama alam yang indah dan Air Terjun Wera maka ditunjuk sebagai taman wisata alam.
Pada tahun 2014 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.6586/Menhut-VII/KUH/2014 28 Oktober 2014 tentang penetapan Taman Wisata Alam Wera dengan luas 349,39 Ha.
Letak geografis kawasan
Secara Geografis TWA Wera terletak antara 1o2’ – 1o3’ Lintang Selatan dan antara 119o50’ – 119o51’ bujur timur.
Tipe Ekosistem di Kawasan
Kawasan TWA Wera ini dialiri oleh satu sungai utama yaitu Sungai Wera.
Pada bagian hulu terdapat dua buah anak sungai yang mengalir masuk dan membentuk sungai Wera. Sungai ini mengalir melalui celah yang terjal pada celah-celah perbukitan yang curam dan membentuk jeram (terjunan) setinggi ± 80 m.
Pada bagian bawah yang agak datar Sungai Wera mengalir ke arah Timur menuju Desa Kaleke dan sekitarnya. Karena melalui aliran yang terjal dan berbatu-batu, sungai ini tidak begitu lebar (hanya sekitar 2-3 m) dengan kedalaman kurang dari 50 cm.
Hanya pada bagian lereng yang terjal pada sekitar 50 – 100 m pada kiri kanan alur sungai yang masih tertutup hutan yang utuh, termasuk pada bagian hulu yang kondisi badannya juga terjal. Hal ini menyebabkan sampai saat ini aliran sungai Wera relatif masih baik dan mengalir sepanjang tahun, karena baik alirannya maupun daerah tangkapan air di daerah hulu relatif masih baik (karena kondisi alam yang sulit sehingga tidak dapat ditambah/ diganggu).
Keanekaragaman Hayati
Hutan di kawasan TWA Wera termasuk hutan sekunder dengan kondisi vegetasi yang relatif sedikit sebagian tertutup semak/ rumput. Bagian yang berhutan terdapat pada celah bukit dan lembah sekitar Wera dan kanan kiri Sungai Wera. Flora yang mendominasi di taman wisata ini: Kenari (Canarium asperum); Bintangur (Calophyllum sp); Lebanu (Nauclea sp); beringin (Ficus benjamina); Lei (Palaguium javanicum); dan Pakis sarang (Asplenium nidus) serta beberapa Anggrek tanah.
Jenis satwa yang dapat dijumpai di kawasan TWA Wera relatif sedikit, hanya beberapa jenis mamalia, aves dan serangga yaitu antara lain: Monyet hitam (Macaca tonkeana); Enggang/ Allo (Aceros cassidix); Ayam hutan (Gallus gallus); Burung gagak (Corvus sp.); Babi hutan (Sus celebensis); Rusa (Cervus timorensis); Burung nuri kepala biru (Trichoglossus ornatus); Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea).
Potensi kawasan
Jenis Tanah
Jenis tanah alluvial dan podsolik dengan bahan endapan museum tanah cukup dalam, tekstur lempung sampai liat, berlapis-lapis, debu, dan pasir.
Geologi
formasi geologi kawasan TWA Wera termasuk batuan sedimen marin, alluvium induk, dan terumbu koral
Posisi Kawasan konservasi dalam DAS
Pada bagian hulu terdapat 2 (dua) buah anak sungai yang mengalir masuk dan membentuk Sungai Wera. Sungai ini mengalir melalui celah-celah perbukitan yang curam dan membentuk jeram (terjunan) setinggi ± 80 m. Pada bagian bawah yang agak datar Sungai Wera mengalir ke arah timur ke Desa Kaleke yang merupakan sumber air utama untuk daerah persawahan di Desa Kaleke dan sekitarnya. Karena melalui aliran yang terjal dan berbatu-batu, sungai ini tidak lebar hanya sekitar 2 – 3 m dengan kedalaman kurang dari 50 m
Tipe Curah hujan,
Curah hujan rata-rata tahunan dari 451 – 1059 mm/tahun
Kelerengan/Topografi,
Kondisi topografi kawasan TWA Wera pada umumnya berlereng sampai terjal dengan kemiringan antara 60% s/d 90%. Terdapat lembah yang sempit yang merupakan aliran Sungai Wera yang diapit bukit-bukit yang terjal pada kedua sisinya dan bagian yang datar terdapat pada bagian bawah di sekitar Desa Balumpewa.
Obyek Daya Tarik Wisata
TWA wera memiliki potensi yang paling menonjol yakni objek wisata alam seperti air terjun dengan ketinggian + 100 meter serta udara sejuk sekitarnya.
Atraksi hiking (mendaki gunung) dari arah Utara batas kawasan ke puncak bukit sebelah Barat.
Aksesibilitas menuju kawasan,
Kawasan Taman Wisata Alam Wera terletak ± 20 Km sebelah selatan Kota Palu. Kawasan ini relatif dekat dan mudah dijangkau karena telah ada jalan raya beraspal yang menghubungkan Kota Palu dan desa-desa di sekitarnya. Untuk mencapai kawasan pengunjung dapat naik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dari Kota Palu ke Desa Balumpewa (Taman Wisata Alam Wera terletak di wilayah administrasi Desa Balumpewa). Perjalanan ke lokasi ini membutuhkan waktu ± 30 menit.
Kondisi Penataan Zona/blok
Sudah dilakukan penataan blok berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor : SK.4/IV-SET/2013 tanggal 28 Februari 2013.
Sosial ekonomi budaya
Ekonomi dan soSial budaya masyarakat sekitar kawasan
Sosial kultural masyarakat Desa Balumpewa dan Desa Kaluku Tinggu merupakan daerah yang didiami oleh Etnik Kaili yang dalam kesehariannya menggunakan dialek “Inde” dan sampai saat ini Desa Balumpewa dan Desa Kaluku Tinggu merupakan desa yang sangat kental dengan dialek “Inde”.
Dalam perkembangannya daerah Desa Balumpewa dan Desa Kaluku Tinggu telah dihuni oleh penduduk dan pada saat itu telah terbangun dengan baik pranata sosialnya, sehingga dari hal tersebut susunan dan mekanisme kelembagaannya telah tertata dengan baik.
Dalam perkembangannya Desa Balumpewa dan Desa Kaluku Tinggu juga tidak terlepas dari perkembangan sosial yang ada, sehingga mulai tahun 1950-an Balumpewa dan Kaluku Tinggu tidak dapat membendung besarnya arus tingkat migran dari beberapa daerah. Sehingga saat ini Desa Balumpewa dan Desa Kaluku Tinggu menjadi satu wilayah yang awalnya homogen menjadi heterogen. Walaupun demikian kondisi sosialnya namun interaksi antara etnik tetap berjalan baik. Suku yang ada di Desa Balumpewa dan Desa Kaluku Tinggu yaitu Suku Kaili dan Suku Bugis (Pemerintah Desa Balumpewa, 2011; Pemerintah Desa Kaluku Tinggu, 2011; dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Sigi, 2012).
Air Terjun Wera merupakan air terjun yang terletak di Desa Balumpewa, Dolo Barat, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Air terjun ini berada di kawasan Wisata Wera di lereng Gunung Watu Sidae dan berjarak sekitar 19 km dari Kota Palu.
Air terjun ini memiliki beberapa tingkatan dengan ketinggian air terjun utama sekitar 80 m dan kemiringan antara 70°-80°. Aliran sungainya berlanjut hingga pada lokasi yang lebih datar dan bermukim di bagian bawah Desa Balumpewa serta berada pada ketinggian sekitar 150 – 800 mdpl.
Objek Wisata
Air terjun ini pertama kali ditunjuk menjadi kawasan konservasi dengan status Taman Wisata Alam oleh Kementerian Pertanian pada 1980 dengan luas 250 Ha, kemudian pada 2014 diperbarui oleh Kementerian Kehutanan dengan luas 249,39 Ha. Saat ini, Air Terjun Wera dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah.
Aksesibilitas
Desa Balumpewa berada sekitar 19 km sebelah selatan Kota Palu, dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun empat dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Untuk mencapai lokasi air terjun, wisatawan harus melanjutkan perjalanan kurang lebih sekitar 2 km.
Vegetasi
Seperti mayoritas vegetasi alam di Indonesia, air terjun yang berada dalam kawasan Taman Wisata Alam Wera ini memiliki hutan hujan tropis yang masih terjaga. Permukaannya berbentuk bukit dan lereng dan menjadi habitat bagi beberapa flora dan fauna. Berikut daftar flora dan fauna yang dapat ditemui di sekitar air terjun ini.
Baca Juga : Taman Wisata Alam Bancea