Taman Wisata Alam Teluk Maumere juga dikenal dengan nama Gugus Pulau Teluk Maumere, karena terdiri atas 10 pulau besar dan kecil yang sebagian berpenghuni, yaitu Pulau Besar, Pulau Koja, Pulau Pemana, Pulau Kambing (Pemana Kecil), Pulau Sukun, Pulau Parumaan, Pulau Dambila, Pulau Pangabatang, Pulau Babi, dan Pulau Kondo.Topografinya berbukit dan bergunung, dengan iklim tipe F (Schmidt dan Ferguson), puncak tertinggi adalah Pulau Besar (931 mdpl) sedangkan pulau-pulau lainnya berketinggian 75-294 mdpl.
Letak Kawasan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur, TWA Gugus Pulau Teluk Maumere memiliki luas ± 71.956,74 Ha. Secara geografisnya, TWA Gugus Pulau Teluk Maumere terletak pada posisi 8°5’50.57″ – 8°38’14.89″LS dan 122°5’10.67″ – 122°32’20.25″BT.
Secara administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah Kecamatan Alor, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Waigete dan Kecamatan Talibura di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur sedangkan administrasi pengelolaan berada di resort Maumere , Seksi Konservasi Wilayah IV Maumere, Bidang KSDA Wilayah II Ruteng pada Balai Besar KSDA NTT.
Sejarah Kawasan
Sebagian kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere pada mulanya merupakan kawasan hutan lindung Pulau Besar seluas ± 3.000 hektar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 89/Kpts-II/1983 tanggal 2 Desember 1983. Kemudian dengan memperhatikan Surat Gubernur Nusa Tenggara Timur nomor: 478/298-1KLH/86 tanggal 4 Juli1986, kawasan hutan lindung Pulau Besar dirubah fungsinya menjadi taman wisata dan menunjuk Gugus Pulau Teluk Maumere beserta perairan laut sekitarnya sebagai taman wisata laut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 126/Kpts-II/87 tanggal 21 April 1987 tentang perubahan status hutan lindung Pulau Besar menjadi taman wisata dan penunjukan Gugus Pulau Teluk Maumere sebagai taman wisata laut. Adapun pertimbangan perubahan status dan penunjukan kawasan tersebut yaitu bahwa kawasan hutan lindung di Pulau Besar mencakup beberapa tipe vegetasi hutan yaitu hutan mangrove, hutan pantai, savana, dan hutan dataran tinggi yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai taman wisata. Selain itu juga bahwa Gugus Pulau Teluk Maumere dan perairan laut sekitarnya memiliki keindahan alam yang sangat indah, sehingga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi taman wisata.
Dalam rangka memantapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) sebagai acuan dan pedoman tunggal pemanfaatan ruang di daerah, maka dilakukan penetapan hasil paduserasi antara RTRWP dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Paduserasi antara RTRWP dan TGHK ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 64 Tahun 1996 tentang Penetapan Hasil Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Pada keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur tersebut terdapat lampiran berupa tabel rekapitulasi luas kawasan hutan yang salah satunya di Kabupaten Sikka terdapat kawasan konservasi dengan fungsi Tawan Wisata (TW) yaitu Pulau Besar (4.100 Ha), Pulau Babi (452,58 Ha), dan Pulau Dambila (497,73 Ha) serta dengan fungsi Taman Wisata Alam (TWA) yaitu Gugus Pulau Teluk Maumere seluas 50.000 hektar.
Menindaklanjuti hasil paduserasi kawasan hutan pada RTRW maka dikeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan nomor: 423/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang penunjukan kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur seluas 1.809.990 hektar, dimana termasuk didalamnya kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere. Dalam rangka menjamin kepastian hukum dan status kawasan, maka pada tahun 2014 dan 2016 dikeluarkan keputusan menteri yang didalamnya termasuk kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere seluas 71.956,74 hektar yaitu Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor: SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 dan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor: SK.357/Menlhk/Setjen/PLA.0/5/2016 tanggal 11 Mei 2016. Salah satu pertimbangan yang menjadi alasan penunjukkan menjadi TWA Gugus PulauTeluk Maumere adalah tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, savana, dan hutan dataran tinggi di Pulau Besar yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai taman wisata, serta keadaan alam gugus pulau teluk maumere yang sangat indah sehingga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi taman wisata laut
Potensi Kawasan
TWA Gugus Pulau Teluk Mumere memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi mulai dari tipe ekosistem pesisir dan ekosistem daratan pulau-pulau kecil yang ada di dalamnya dengan keragaman jenis spesies baik satwa maupun tumbuhan maupun di wilayah lautnya.
Ekosistem TWAL Teluk Maumere terdiri atas hutan mangrove, hutan pantai, hutan savana, dan hutan dataran rendah. Hutan mangrove TWAL Teluk Maumere disusun oleh 16 spesies dari 8 famili, antara lain Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Pemphis acidula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Avicennia lanata. Hutan pantai didominasi oleh jenis Barringtonia asiatica, ketapang (Terminalia catappa), waru laut (Hibiscus tiliaceus), dan pandan (Pandanus tectorius).
1. Mangrove
Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai, tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut dan komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas tinggi. TWA Gugus Pulau Teluk Mumere memiliki hutan mangrove dengan kondisi yang cukup bagus. Berdasarkan hasil inventarisasi Mangrove yang dilakukan Balai Besar KSDANTT tahun 2010 komposisi jenis vegetasi penyusun komunitas hutan mangrove di TWA Gugus Pulau Teluk Mumere terdiri dari 16 (enam belas) spesies yang terbagi dalam 8 (delapan) famili dengan 9 spesies diantaranya termasuk mangrove sejati (komponen utama), 4 spesies termasuk komponen tambahan mangrove dan 3 spesies termasuk dalam asosiasi mangrove. Jenis tersebut antara lain Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Pemphis acidula, dan Avicennia Lanata.
Jenis alang-alang (Imperata cylindrica) mendominasi hutan savana. Adapun hutan dataran tinggi didominasi antara lain jenis bintangur (Calophyllum soulattri), emba (Podocarpus imbricatus), ipi (Intsia bijuga), keam (Cynometra ramiflora), willy (Grewia eriocarpa), pelawan (Eucalyptus urophylla), solo (Myristica sp), dan angsana (Pterocarpus indicus).
2. Lamun
Lamun didefinisikan sebagai satu – satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Spesies yang dapat ditemui di wilayah TWA Gugus Pulau Teluk Maumere sebanyak 8 spesies, yaitu Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halophila decipiens, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Cymodocea serrulata, dan Thalassia hemprichii. Padang lamun dan terumbu karang di TWAL Teluk Maumere juga menjadi sumber pakan bagi penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan duyung (Dugong dugon). Lumba-lumba (Delphinus dolphin) juga dapat dijumpai pada kawasan perairan ini.
3. Terumbu Karang
Terumbu karang terbentuk dari endapan – endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum cnidaria, ordo scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxanthellae dan alga berkapur serta organisme lain yang mensekresi kalsium karbonat. Persentase penutupan karang hidup (hard coral) di Taman Wisata Alam Teluk Maumere pada kedalaman 3 – 5 meter dpl adalah sebesar 15,33%. Penutupan karang yang mendominasi adalah dari pecahan karang (rubble) dan pasir sebesar 65,58%. Rendahnya persen penutupan pada penelitian ini mungkin disebabkan oleh lokasi sampel yang diambil belum menyeluruh di kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere. Spesies karang yang tercatat pada penelitian di TWA Gugus Pulau Teluk Maumere ini adalah sebanyak 24 jenis karang yang termasuk hard coral. Spesies terbanyak merupakan spesies dari famili Acroporidae sebanyak 7 spesies (BBKSDA NTT 2010).
Penelitian LIPI pada 15 (lima belas) stasiun pengamatan permanen di wilayah Kabupaten Sikka termasuk di dalamnya kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere pada tahun 2006, 2007 dan 2009 pada beberapa indikator diantaranya Dead Coral Algae (DCA), Fleshy Seaweed (FS), Other (OT) dan Live Coral (LC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase tutupan DCA yang signifikan sejak tahun 2006, 2007 dan 2009. Adapun rata – rata persentase tutupan FS berkurang secara signifikan dari tahun 2006 ke tahun 2007, sedangkan dari tahun 2007 ke tahun 2009 tidak berbeda nyata. Tidak berbeda dengan OT, dimana rata-rata persentase tutupan OT mengalami peningkatan dan penurunan selama tiga tahun pengamatan, dimana terjadi peningkatan tutupan OT dari tahun 2006 ketahun 2007 kemudian menurun pada tahun 2009. Hasil pengamatan pada LC terjadi penurunan persentase tutup anantara tahun 2006 sebesar 17,58 ± 2,72%, tahun 2007 sebesar 17,50 ± 2,85% dan tahun 2009 sebesar 13,41 ± 2,54% (Manuputty dan Salatalohi, 2009).
Keberadaan terumbu karang mendukung kehidupan aneka ikan karang (262 jenis, 39 genus) dari keluarga Chaetodontidae, Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, dan Haemulidae dan ikan komersial seperti ikan tenggiri (Scomberomorus commerson), ikan tuna (Thunnus albacares), dan ikan layar (Istiophorus orientalis). Biota laut lainnya yaitu kima (Tridacna sp), troka/lola (Trochus niloticus), kepala kambing (Cassis cornuta), nautilus, tedong-tedong (Lambis lambis), dan gastropoda lainnya.
Sebanyak 24 jenis karang (soft dan hard coral) menyusun ekosistem terumbu karang dengan dominansi famili Acroporidae, dengan genus di antaranya di antaranya Montipora, Acropora, Lobiphyla, Pictirina, Stylophora, Porites, Pavana, Merlina, Varia, Hydropora, dan Galaxea.
4. Ikan Karang
Hasil penelitian ikan karang yang dilakukan di wilayah Kabupaten Sikka termasuk di dalamnya kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere telah dilakukan mulai tahun 2006, 2007 dan 2009 dimana dilakukan pengambilan data pada 15 stasiun transek permanen dengan menggunakan metode “Underwater Fish Visual Census” (UVC).
Hasil “UVC” pada tahun 2009 diperoleh sejumlah 262 jenis ikan karang yang termasuk dalam 39 suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar 9.053 individu. Total ikan indikator 691 individu, ikan target 1.681 individu dan ikan major 6.681 individu.
Dominasi jenis dari kelompok ikan mayor, dengan jumlah kelimpahan tertinggi (> 500 individu). Jenis Pseudanthias huchtii merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi sebanyak 910 individu, diikuti jenis Pseudanthias squamipinnis sebanyak 685 individu, Cirrhilabrus cyanopleura sebanyak 623 individu. Dominasi jenis dari kelompok ikan target kelimpahan tertinggi ditemukan pada jenis Pterocaesio tile sebanyak 200 individu, jenis Pterocaesio pisang sebanyak 100 individu, Jenis Parupeneus multifasciatus sebanyak 89 individu, jenis Naso thynnoides sebanyak 60 individu. Dominasi jenis dari kelompok ikan indikator kelimpahan tertinggi ditemukan pada jenis Chromis ternatensis sebanyak 200 individu, jenis Chaetodon kleini sebanyak 64 individu dan jenis Chaetodon vagabundus sebanyak 28 individu (Manuputty dan Salatalohi, 2009).
Potensi Wisata Alam
Wilayah TWA Gugus Pulau Teluk Maumere memiliki potensi wisata alam yang menarik untuk dikembangkan. Informasi wisata alam pada beberapa lokasi tersebut, yaitu:
1. Obyek Wisata Alam Bawah Laut
Potensi fisik dan biota laut dengan keragaman jenis ikan hias dan terumbu karang yang indah, sangat potensial dikembangkan untuk kegiatan snorkeling dan scuba diving.
2. Fenomena Alam
Fenomena alam yang terdapat di wilayah Teluk Maumere adalah danau air asin di Pulau Sukun. Danau yang airnya terasa asin ini merupakan fenomena alam yang unik dan khas yang mempunyai daya tarik tersendiri sebagai objek wisata alam.
Kawasan pantai Maumere yang merupakan perpaduan antara ekosistem daratan dan ekosistem perairan dengan beberapa pulau di seberang laut utara, merupakan suatu potensi yang sangat menarik bagi wisatawan yang menyenangi keindahan alami. TWAL Teluk Maumere adalah destinasi wisata alam untuk kegiatan diantaranya snorkeling, menyelam, memancing, fotografi, berlayar, selancar angin, dan ski air.
Kawasan Teluk Maumere pernah mengalami bencana alam tsunami pada tahun 1992 dengan episentrum beberapa kilometer dari Pulau Babi. Pulau Babi yang dulunya berpenghuni, ditinggalkan penduduknya karena bencana alam tersebut. Saat ini masih dapat dijumpai bekas perkampungan masyarakat dan kebunnya. Di perairan sekitarnya terdapat patahan akibat gempa bumi yang menarik untuk diamati sembari menyelam.
Pulau Besar adalah pulau terbesar dan bersama Pulau Dambila dan Pulau Pangabatang membentuk penghalang alami untuk arus air masuk –keluar teluk. Hal ini menyebabkan perairan Teluk Maumere cenderung tenang dan acapkali Cetacean (lumba-lumba, paus sperma, paus pilot, dan hiu paus) dijumpai. Waktu terbaik untuk melihat mamalia laut tersebut adalah musim hujan (November –Desember) untuk paus sperma dan bulan April-Mei untuk hiu paus.
Aksesibilitas ke Kawasan
Kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere merupakan kawasan konservasi perairan yang terletak Pulau Flores tepatnya di Kabupaten Sikka,Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk menuju kawasan ini dapat ditempuh melalui jalur darat, laut, maupun udara, dengan rute sebagai berikut:
1. Jalur Darat:
Jalur darat dapat dimulai dari Surabaya ke Maumere dengan jarak tempuh ± 1.731 Km serta dengan waktu tempuh 47 jam nonstop, melewati 4 pulau menggunakan kapal fery penyebrangan, dengan rute sebagai berikut: Surabaya – Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi) – Naik Fery Penyebrangan – Pelabuhan Gilimanuk (P.Bali) – Pelabuhan Padang Bai (P.Bali) – Naik Fery Penyebrangan – Pelabuhan Lembar (P.Lombok) – Pelabuhan Kayangan (P.Lombok) – Naik Fery Penyebrangan – Pelabuhan Poto Tano (P.Sumbawa) – Bima – Pelabuhan Sape (P.Sumbawa) – Naik Fery Penyebrangan – Pelabuhan Labuan Bajo (P.Flores) – Labuan Bajo – Ruteng – Bajawa – Ende – Maumere – TWA Gugus Pulau Teluk Maumere.
2. Jalur Laut:
Jalur laut menggunakan kapal pelni maupun kapal roro, apabila dimulai dari Surabaya maka pelabuhan pertama adalah Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dan pelabuhan akhir adalah Pelabuhan Lorens Say, Maumere. Adapun jadwal kapal dari Surabaya ke Mumere hampir setiap minggu ada,baik kapal pelni maupun kapal roro, untuk selanjutnya dapat di lanjutkan menggunakan perahu maupun kapal fery penyebrangan menuju TWA Gugus Pulau Teluk Maumere.
3. Jalur Udara:
Untuk jalur udara menuju maumere sudah cukup banyak pilihan baik yang langsung maupun transit dengan jadwal setiap hari dan berbagai tipe pesawat seperti Boeing 737, Airbus a320, ataupun ATR 72, berikut beberapa pilihan jalur udara yang tersedia:
- Surabaya (Juanda) – Denpasar(Ngurah Rai) – Labuan Bajo (Komodo) – Maumere (Frans Seda).
- Surabaya (Juanda) – Kupang (ElTari) – Maumere (Frans Seda).
Objek Wisata Alam
Kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Maumere Flores menyimpan keindahan alam bawah laut yang luar biasa. Teluk Maumere memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang indah dengan kekayaan bahari yang melimpah dan lestari. Pulau Koja Doi salah satunya, yang berada di Desa Kojadoi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Desa Kojadoi salah satu desa wisata di Kabupaten Sikka, Pulau Flores yang meraih Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Berikut 7 objek wisata di Pulau Koja Doi yang dapat dijelajahi pengunjung.
Batu dengan Panjang 680 Meter
Pulau Kojadoi dikenal dengan jembatan batu dengan panjang kurang lebih 680 meter, lebar 3 meter, tinggi 3 meter maupun sebagian 3 setengah meter.
Jembatan batu ini dibangun swadaya oleh masyarakat setempat pada tahun 1987. warga dari luar wilayah Koja Doi dengan nama “jembatan asmara” dan warga setempat menyebut dengan jembatan batu.
Jembatan batu ini membentang dan membelah lautan yang menghubungkan desa tersebut dengan Pulau Koja besar.
Jembatan batu ini merupakan satu-satunya akses darat menuju ke Desa Koja Besar. Letaknya yang sangat strategis sehingga tempat ini menjadi spot foto instagramable.
Situs Tsunami Tahun 1992
Tahun 1992 tepatnya bulan Desember terjadi gempa bumi dan Tsunami melanda Maumere, pulau-pulau yang berada di pantai utara Kabupaten Sikka tersapu tsunami. Pulau Koja Doi tidak luput dari bencana alam ini. Berwisata ke pulau ini maka pengunjung akan menemukan bekas bangunan yang tersisah dari Gempa Bumi dan Tsunami tahun 1992.
Bukit Purba
Bukit itu terbentuk dari timbunan batu yang berukuran cukup besar dengan batu yang umumnya berwarna hitam dan tinggi kurang lebih 50 meter dan tersusun rapi, sejumlah pohon yang tumbuh di sekitarnya. Untuk mempermudah akses ke puncak bukit, warga Desa Koja Doi membangun tangga dari semen. Saat tiba di atas puncak bukit purba ini pengunjung dapat melihat keindahan dan kemolekan dari laut lepas Pulau Koja Doi, jembatan batu dan rumah-rumah warga di pesisir pantai
Sanggar Budaya
Tamu atau wisatawan yang datang ke Pulau Koja Doi disambut dengan Tari Balumpa merupakan tari tradisional Desa Kojadoi. Tari tradisional ini merupakan perpaduan tradisi Maluku dan Buton. Tarian ini menyuguhkan perpaduan budaya Maluku dan Buton yang dibentuk dalam sanggara budaya Desa Kojadoi. Warga setempat sangat hangat menerima tamu dan menghormati setiap tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Pulau Koja Doi.
Kain Tenun Corak Suku Buton
Warga di Pulau Koja Doi juga menenun khususnya ibu-ibu. Kain tenun tradisional yang dihasilkan salah satu kerajinan khas Kojadoi. Wisatawan juga bisa menyaksikan proses pembuatan kain tenun khas Desa Kojadoi.
Proses pengerjaan masih tradisional sehingga bisa memakan waktu sekitar empat hari sampai satu minggu. Kain tenun khas Kojadoi bisa menjadi oleh-oleh pengunjung untuk dibawa pulang. Satu lembar kain tenunnya bisa dibandrol dengan harga Rp 400 ribu.
Tempat Menikmati Sunrise dan Sunset
Pulau Koja Doi juga menjadi tempat terbaik untuk menikmati matahari terbit atau sunrise dan matahari terbenam. Keindahan alam ini dapat dilihat dari puncak Bukit Purba.
Atraksi Snorkeling
Pulau Kojadoi salah satu tempat yang memiliki beberapa titik penyelaman yang sangat indah. Terdapat terumbu karang jenis acropora elegantula pada kedalaman 5 meter dengan bentuk koloni bercabang horizontal menyerupai semak-semak dan berwarna abu-abu dan terdapat jenis karang lainnya.
Air laut di Pulau Koja Doi sangat bersih berwarna hijau toska. Pengunjung dapat melihat langsung aneka terumbu karang dan ikan kecil yang berwarna-warni berlarian.
Terdapat 30 lokasi penyelaman (dive sites) di kawasan Teluk Maumere dan sesuai bagi penyuka ”muckdiving” untuk dapat mengamati biota laut berukuran kecil, misalnya cumi-cumi, kelinci laut (nudibranch), dan ikan kodok.
Homestay
Berwisata ke Pulau Koja Doi, pengunjung tak perlu khawatir mencari penginapan. Di Desa Kojadoi terdapat beberapa homestay dengan harga sewa yang sangat terjangkau.
Baca Juga : Taman Wisata Perairan Pulau Pieh