Taman Wisata Alam Menipo

Taman Wisata Alam Menipo

Share This Post

Taman Wisata Alam Menipo berada pada wilayah administrasi Desa Enoraen Kecamatan Amarasi Timur Kabupaten Kupang. Secara geografis berada pada koordinat antara 10°07’ – 10°13’ LS dan 124°05’ – 124°13’ BT.  

Batas administratif TWA Menipo adalah:

  •     Sebelah timur: Desa Bena, Kawasan Taman Buru Bena;
  •     Sebelah selatan: Laut Timor;
  •     Sebelah Barat: Desa Pakubaun, Desa Oebesi; dan
  •     Sebelah Utara: Desa Enoraen, Desa Pathau dan Desa Oemolo.

Sejarah Kawasan

Kawasan TWA Menipo pada awalnya ditunjuk sebagai kawasan Suaka Margasatwa (SM) sesuai Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Nomor:749/Kpts/Um/12/1977 tanggal 30 Desember 1977 seluas 2000 ha dan telah diubah dengan Surat Menteri Pertanian Nomor: 768/Kpts/Um/12/1978 tanggal 19 Desember 1978 luasnya menjadi 3000 ha. Berdasarkan hasil penataan batas tahun 1989 luas kawasan SM. Menipo seluas 2.449,50 ha termasuk di dalamnya Pulau Manipo seluas 571,80 ha. Pada tanggal 28 Desember 1992 kawasan SM. Menipo diubah fungsi menjadi Kawasan Taman Wisata Alam Menipo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:1134/Kpts-II/1992 dengan luas 2.449,50 ha.

 

Potensi Flora

Potensi flora yang dimiliki cukup bervariasi karena tipe vegetasi hutan kering dan savana. Dominasi flora pada vegetasi tersebut berupa lontar (Borrassus flabelifer), asam (Tamarindus indica), kesambi (Schleichera oleosa), dan warn (Hibiscua tiliacius). Tipe vegetasi hutan pantai ditumbuhi cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan tipe vegetasi hutan payau didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora Stylosa, Ceripos tagal, Bruguiera conyugata dan Bruguiera exaristata.

 

Potensi Fauna

Potensi jenis satwa liar yang terdapat di daratan Taman Wisata Alam ini antaranya adalah rusa timor (Cervus timorensis), kera (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus vitatus), biawak (Varanus salvator), ular sanca timor (Phyton timorensis), burung camar (Sterna sp), burung perkici (Tricholosus haematodus), burung kakatua putih kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea), Elang laut (Haliaretus leucogaster), raja udang (Halcyon sp), pecuk ular (An­hinga melanogaster), burung gelatik (Pada orizyphora), bangau putih (Egretta sacra), burung perkutut (Geopelia striata), bangau hitam (Ciconia episcopus), dan burung koakiu (Philemon inornatus). Di samping itu, terdapat pula aneka jenis fauna perairan dan laut seperti buaya muara (Crocodiles porsus), penyu belimbing (Dermocheyis coriacea), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).

 

Potensi fauna yang ada juga di Kawasan TWA Menipo yaitu Rusa Timor (Rusa timorensis). Keberadaan rusa ini memberikan tambahan daya tarik wisata yang akan menarik wisatawan datang ke TWA Menipo. Rusa ini merupakan rusa alam yang beraktifitas di pulau ini. Potensi fauna rusa ini dilakukan inventarisasi dengan menggunakan metode transek jalur/konsentrasi dan penggiringan. Berikut hasil inventarisasi rusa selama lima tahun terakhir.

 

Potensi Wisata Alam dan Jasa Lingkungan

Panorama alam, dari kawasan ini kita dapat menikmati indahnya panorama alam berupa hamparan laut lepas di pantai selatan, dan pada malam hari dalam keadaaan cauaca yang cerah dan laut tenang akan terlihat kelap-kelip cahaya lampu dari tepi pantai utara Benua Australia. Selain untuk menikmati alam, para pengunjung bisa memanfaatkan obyek wisata ini untuk kegiatan memotret. Pantai pasir putih , twa ini memiliki pantai yang indah , landai, dan berpasir putih dengan gelombang laut yang sanggat tinggi untuk olah raga selancar ombak. Disamping itu, pandangan dapat melihat langsung Laut Timor menambah indahnya panorama alamuntuk kegiatan wisata. Keindahan pantai ini didukung oleh terbentuknya pantai yang dangkal sebagai konsekuensi adanya hubungan dekat dengan daratan Pulau Timor yang diperbaharui oleh pendangkalan laut. Konon proses ini telah terbentuk ratusan tahun lalu sebagai akibat dari perembesan ombak laut yang besar.

Padang savanna, secara ekologis padang savana disini meupakan turunan dari ekosistem dataran rendah dimana vegetasinya berubah karena sering terjadinya kebakaran dan penebangan pohon. Di padang ini kita bisa menyaksikan rusa timor yang sedang mencari makan dan bermain. Pengunjung bisa memanfaatkan obyek wisata untuk bird watching, olah raga lintas alam, berkemah dan memotret. Disamping itu juga di tengah kawasan TWA Menipo ini juga terdapat sumber mata air tawar yang bisa digunakan sebagai sumber air bersih untuk mandi dan keperluan air minum selama berada di Pulau Menipo.

 

Aksesibiltas

Aksesibilitas menuju kawasan Taman Wisata Menipo dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan darat melewati 3 (tiga) jalur:

  • Kupang – Oesao – Oekabiti – Ponain – Tesbatan – Bikoen –Taman Wisata, sekitar 119 ki­lometer dengan waktu tempuh sekitar empat jam.
  • Kupang – Oesao – Camplong – Takari – Batuputih – Panite – Bikoen – Taman Wisata, 124 kilometer dengan waktu tem­puh sekitar tiga jam dan empat puluh lima menit.
  • Kupang – Camplong – Silu – Seki – Oemolo – Enoraen – Taman Wisata, 120 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.

 

Kondisi Fisik Kawasan

Potensi Fisik yang dimilik TWA Menipo berupa topografi, tanah dan iklim. Masing-masing potensi meyebabkan keberagaman vegetasi yang hidup di dalam TWA Menipo. Secara topografi TWA Menipo memiliki kontur yang datar dengan ketinggian maksimal 40 mdpl. Kelerengan berkisar antara 0 – 8 %. Adapun jenis tanah yang ada di wilayah tersebut adalah Aluvial dan Kambisol eutrik.

Iklim adalah keadaan rata-rata udara yang ada pada suatu daerah dalam waktu yang relatif lama. Iklim merupakan fenomena alam yang dapat mempengaruhi lingkungan geofisik, kehidupan dan manusia. Perubahan lingkungan geofisik akan mengakibatkan berubahnya tatanan kehidupan bagi manusia. Kabupaten Kupang umumnya beriklim tropis dan kering yang juga cenderung dipengaruhi oleh angin dan dikategorikan sebagai daerah semi arid karena curah hujan yang relatif rendah dan keadaan vegetasi yang didominasi savana dan stepa. 

Iklim di Kabupaten Kupang termasuk iklim kering (semi arid) dengan tingkat  kelembaban udara yang rendah. Curah hujan rata-rata di daerah ini selama 10 tahun terakhir dari stasiun Panite  adalah 185,33 mm/tahun dan stasiun Oebelo  191,875 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata sebanyak 95 hari.  Musim hujan terjadi pada awal bulan Desember dan berlangsung hingga bulan maret, dengan puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari. 

Kondisi Sosial Ekonomi Budaya

Taman Wisata Alam Menipo memiliki dua buah desa penyangga yang berbatasan langsung dengan kawasan. Masyarakat kedua desa tersebut sering beraktifitas disekitar kawasan TWA Menipo sehingga perlu diketahui kondisi sosial, ekonomi dan budayanya. Berikut ini kondisi sosial ekonomi dan budaya dari kedua desa tersebut.

Sejarah Desa Enoraen

Desa Enoraen memiliki luas desa 16,92 km2 kondisi topografi desanya lembah dan landai. Batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Desa Pakubaun sebelah timur berbatasan dengan Desa Bena sebelah utara berbatasan dengan Desa Oemolo dan sebelah selatan berbatasan dengan Kawasan TWA Menipo. Pusat pemerintahan Desa Enoraen berada di Bikoen. Jarak desa ke Kabupaten Kupang sejauh 29 km. Kepadatan penduduk 78 km/jiwa. Jumlah Dusun di Enoraen sejumlah 5 dusun Penduduk asli Desa Enoraen merupakan Suku Timor Amarasi bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Timor bercampur dengan Bahasa Indonesia.

Demografi Desa Enoraen

Jumlah penduduk Enoraen adalah 1488 terdiri dari 762 penduduk laki-laki dan 726 penduduk perempuan. Berdasarkan jenis pekerjaan jumlah penduduk terbanyak bermata pencaharian sebagai petani 793 orang, pedagang sebanyak 26 orang, PNS sebanyak 22 orang, tenaga pendidik 18 orang, nelayan 6 orang, tenaga medis 1 orang dan pensiunan 2 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk desa ini paling banyak berijazah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 842 orang, tidak tamat SD 209 orang, lulusan SMP sebanyak 156 orang, lulusan SMA sebanyak 132 orang dan lulusan perguruan tinggi sebanyak 20 orang.

Sarana Prasarana Desa Enoraen

Desa Enoraen memiliki sarana prasarana dalam menjalankan roda pemerintahan maupun perekonomiannya. Sarana pendidikan yang dimiliki berupa 3 buah gedung SD, 1 buah gedung SMP dan 1 buah gedung SMA. Sarana perekonomian berupa 1 buah koperasi dan 26 kios. Sarana lembaga masyarakat pendukung roda pemerintahan desa berupa 1 buah BPD, 1 buah LPM, 5 buah lembaga keagamaan, 9 kelompok tani dan 1 koperasi. Fasilitas kesehatan di desa ini berupa 1 buah balai pengobatan dan 3 buah posyandu. Sarana perhubungan desa ini memiliki jalan aspal sepanjang 16 km dan jalan tanah 4 km. Sarana peribadatan yang ada di desa ini adalah 3 buah gereja dan 2 buah kapela. Sarana olah raga berupa lapangan bola 1 buah dan 1 buah bola volley.

 Masyarakat Desa Enoraen

Sebagian besar masyarakat Enoraen bermata pencaharian sebagai petani. Penduduknya memiliki sistem dan struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli dan turun temurun lahir, tinggal, dan bekerja di desa tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, hubungan kekerabatan antar penduduk sangat kental terjalin.

Selain peran serta masyarakat dalam pembangunan desa, semangat kegotong-royongan masyarakat Desa Enoraen juga ada dalam berbagai kegiatan. Kegiatan kegotong-royongan tersebut antara lain adanya kegiatan gotong-royong dalam pembukaan lahan dan tanam, gotong-royong dalam memotong, mengangkut dan memasang kayu untuk rumah serta gotong-royong dalam menggali dan meratakan tanah.

Kearifan lokal Desa Enoraen

Keraifan lokal masyarakat Enoraen terhadap keberadaaan hutan adanya larangan penebangan mangrove dan berkomitmen menjaga dan memelihara serta melestaraikan hutan yang ada di wilayah Enoraen.

Sejarah Desa Pakubaun

Desa Pakubaun memiliki luas desa 92,27 km2 dengan kondisi topografi lembah dan landai. Batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Desa Buraen sebelah timur berbatasan dengan Kawasan TWA Menipo sebelah utara berbatasan dengan Oebesi dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor. Ibukota Desa Pakubaun berada di Noehaen. Jarak desa Pakubaun ke Kabupaten Kupang sejauh 27 km. Kepadatan penduduk 27 km/jiwa. Jumlah dusun di Pakubaun berjumlah 4 dusun. Penduduk asli Desa Pakubaun merupakan Suku Noehaen bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Timor bercampur dengan Bahasa Indonesia.

Demografi Desa Pakubaun

Jumlah penduduk Pakubaun adalah 2466 terdiri dari 1310 penduduk laki-laki dan 1156 penduduk perempuan. Berdasarkan jenis pekerjaan jumlah penduduk terbanyak bermata pencaharian sebagai petani 1403 orang, pedagang sebanyak 16 orang, PNS sebanyak 28 orang, tenaga pendidik 10 orang, nelayan 26 orang, tenaga medis 1 orang dan pensiunan 2 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk desa ini paling banyak berijazah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 900 orang, tidak tamat SD 50 orang, lulusan SMP sebanyak 250 orang, lulusan SMA sebanyak 150 orang dan lulusan perguruan tinggi sebanyak 50 orang.

Masyarakat Desa Pakubaun

Sebagian besar masyarakat Pakubaun bermata pencaharian sebagai petani. Penduduknya memiliki sistem dan struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli dan turun temurun lahir, tinggal, dan bekerja di desa tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, hubungan kekerabatan antar penduduk sangat kental terjalin.

Selain peran serta masyarakat dalam pembangunan desa, semangat kegotong-royongan masyarakat Desa Pakubaun juga ada dalam berbagai kegiatan. Kegiatan kegotong-royongan tersebut antara lain adanya kegiatan gotong-royong dalam pembukaan lahan dan tanam, gotong-royong dalam memotong, mengangkut dan memasang kayu untuk rumah serta gotong-royong dalam menggali dan meratakan tanah.

Kearifan Lokal Desa Pakubaun

Kearifan lokal masyarakat Pakubaun terhadap keberadaaan hutan adanya larangan penebangan mangrove larangan perusakan terumbu karang dan sennatiasa menjaga kelestarian lingkungan.

Memandang deburan ombak pantai selatan yang mengantarkan kembalinya sang pengelana laut, TWA Menipo menyuguhkan romantisme alam pesisir Pulau Timor. Wisata minat khusus, demikian tagline yang dapat disematkan kepada kawasan pelestarian alam ini. Tidak berlebihan tentunya karena selain dianugerahi keanekaragaman hayati, fenomena alam TWA Menipo adalah obyek daya tarik wisata alam yang unik dan menarik.

Potensi ekowisata pada kawasan ini terdapat pada atraksi alam, budaya masyarakat sekitarnya, dan kegiatan konservasi penyu. TWA Menipo yang terdiri dari dua daratan terpisahkan oleh muara sungai dan seolah-olah terlihat menyatu saat air surut, juga merupakan habitat satwa prioritas Kakatua Putih Kecil Jambul Kuning. Sand dune (bukit pasir) yang terbentuk akibat terpaan angin adalah daya tarik tersendiri, menghadirkan suasana padang pasir di kawasan pesisir selatan Pulau Timor. 

Selain merupakan habitat bagi rusa Timor dan tempat bertelurnya penyu, TWA Menipo juga menyimpan potensi keindahan alam yang cukup tinggi berupa panorama alam pantai dengan pasir putih  yang dapat memberikan peranan dan manfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan pariwisata.

Terletak di Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, TWA Menipo dapat ditempuh sekitar 3-4 jam dari Kota Kupang. Luas kawasan ini adalah 2449,50 Ha yang terdiri atas daratan di Pulau Timor bagian selatan, perairan selat, dan Pulau Menipo (571,80Ha). Meski seolah-olah terpisah selat sejauh 170-300 m, Pulau Menipo masih merupakan bagian dari Pulau Timor.

Letak geografis TWA Menipo adalah 124°07’-124°14’ Bujur Timur dan 10°08’-10°11’ Lintang Selatan. Konturnya datar dengan ketinggian maksimum 40mdpl dan kelerengan 0-8%. Jenis tanahnya adalah aluvial dan kambisol eturik. Termasuk ke dalam iklim kering (semi arid) dan tingkat kelembaban udara rendah, rerata curah hujannya berkisar 185,33 – 191,875 mm/tahun.

TWA Menipo tersusun atas ekosistem savana, hutan pantai, dan hutan mangrove. Dengan luas 246 Ha, ekosistem savana didominasi oleh jenis lontar (Borrassus flabelifer), asam (Tamarindus indica), kesambi (Schleichera oleosa), dan waru (Hibiscus tiliacius). Berfungsi sebagai wind barrier alami, vegetasi cemara (Casuarina equisetifolia) tumbuh pada hutan pantai. Hutan mangrovenya didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Ceripos tagal, Bruguiera conyugatadan Bruguiera exaristata, serta komponen tambahan berupa daun kacang (Ipomea pes-capraee) dan gulung-gulung (Spinifex littoreus). Masyarakat di Desa Enoraen dan Pakubaun memiliki kearifan lokal terhadap keberadaan hutan, yaitu adanya larangan penebangan mangrove dan perusakan terumbu karang, serta untuk senantiasa menjaga lingkungan.

Buaya (Crocodylus porosus) terkadang dapat ditemukan pada perairan selat hingga ujung pulau. Buaya betina bertelur di area hutan mangrove sehingga anak-anak buaya kadang ditemui pada hutan mangrove di pinggir pulau.

Pulau Menipo adalah tempat kembalinya sang pengelana laut, penyu lekang atau penyu ridel (Lepidochelys olivacea). Jenis lain yang dapat dijumpai adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Sejak tahun 2007, telah dilaksanakan konservasi penyu, dengan menggunakan metode sarang semi alami. Bulan Juni-September adalah puncak proses bertelurnya penyu lekang di TWA Menipo. 

Alam TWA Menipo sungguh spektakuler. Pada malam hari dalam kondisi cuaca cerah dan laut tenang akan terlihat kelap kelip cahaya lampu dari tepi pantai utara Benua Australia. Sembari menikmati panorama, dapat dilakukan pengamatan kehidupan satwa liar, lintas alam, berkemah, pengamatan burung, fotografi, konservasi penyu,bersampan, dan olahraga selancar ombak. Wisata pendidikan berupa pengenalan jenis-jenis mangrove, burung, atapun penelitian tentang satwa liar dan keunikan bentang alam TWA Menipo.

Baca Juga : Kebun Raya Bukit Sari

More To Explore

Populer Trips Hiking

Do You Want To Boost Your Skill Hiking?

drop us a line and keep in touch

Kirim Pesan
Dapatkan Paket Private Trip dari kami dengan pralatan dan pelayanan terbaik serta harga MURAH. Silahkan chat kami untuk info lebih lanjut