Taman Wisata Alam Danau Towuti

Taman Wisata Alam Danau Towuti

Share This Post

Kawasan Danau Towuti memiliki pemandangan alam yang indah. Danau Towuti juga merupakan habitat sejumlah satwa endemik. Danau yang merupakan Taman Wisata Alam adalah destinasi wisata yang populer di Kabupaten Luwu Timur. Danau Towuti Daya Tarik Danau Towuti Danau Towuti merupakan danau dengan hamparan air berwarna biru dengan latar belakang perbukitan hijau. Air danau sangat jernih hingga dapat digunakan untuk berkaca, selain itu kondisi air Danau Towuti juga sangat hangat. Luas Danau Towuti sekitar 56.108 hektar dengan kedalaman 200 meter menjadikan danau tersebut sebagai danau terluas kedua di Indonesia, setelah Danau Toba.

 Para ahli menyebutkan bahwa Danau Towuti juga menjadi bagian ‘sejarah’ iklim di Indonesia. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan, pada kedalaman 135 meter temperaturnya satu derajat Celcius lebih hangat dibandingkan dengan suhu permukaan. Terlebih pada 30 ribu tahun yang lalu, bagian darat sekitar Danau Towuti kering dan tidak tropis seperti sekarang ini. Keunikan lainnya, bahwa danau dengan ketinggian 293 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terdapat tiga pulau, yakni Pulau Loeha, Pulau Kembar, dan Pulau Bolong. Pulau Loeha merupakan pulau terbesar yang menjadi habitat beberapa satwa di Danau Towuti. Kawasan Danau Towuti mempunyai 26 spesies endemik Sulawesi. Rute Danau Towuti Perjalanan menuju Danau Towuti dari Makassar cukup jauh, yakni sekitar 12 jam melalui perjalanan darat. Perjalanan darat menuju Danau Towuti dari Makassar akan melalui , Maros, Pangkep, Barru, Pare-pare, Masamba, Malili, Wawondula, Timampu, dan Taman Wisata Alam Danau Towuti. Baca juga: 5 Alasan Harus Wisata ke Danau Toba, Latar Film Ngeri-ngeri Sedap Selain perjalanan darat, Danau Towuti juga dapat ditempuh melalui perjalanan udara dengan waktu tempuh kurang lebih dua jam. Perjalanan udara akan dimulai dari Bandar Sultan Hasanuddin-Bandara Sorowako-Wawondula-Timampu-Taman Wisata Alam Danau Towuti. Penerbangan hanya tersedia dua kali dalam seminggu.

 

Danau Towuti adalah sebuah danau yang terletak di Sulawesi Selatan, Indonesia. Secara administratif, danau ini terletak di Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Danau ini memiliki lima pulau di tengah danau yang di antaranya yaitu Pulau Loeha, Pulau Bolong, dan Pulau Kembar.

Kawasan Danau Towuti merupakan bagian dari Taman Wisata Alam Danau Towuti, yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan, di bawah Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Sejarah

Danau Towuti merupakan salah satu danau purba di dunia. Para ilmuwan memperkirakan bahwa umur Danau Towuti telah mencapai jutaan tahun. Danau Towuti terbentuk dari patahan akibat aktivitas tektonik yang terjadi pada masa Pliosen. Umur danau diperkirakan berkisar antara 1-4 juta tahun yang lalu. Berdasarkan analisis karakteristik endapan, Danau Towuti merupakan danau tertua kedua di antara empat danau lainnya yang membentuk sistem danau Malili (Towuti, Mahalona, Lontoa dan Masapi).

Global Ecoregions

Keunikan danau, ekosistem dan keragaman hayati yang sangat endemis membuat Danau Towuti dimasukkan dalam kategori Global Ecoregions oleh World Wide Fund for Nature.

Taman Wisata Alam

Danau Towuti merupakan salah satu kawasan konservasi taman wisata di Indonesia. Hal ini berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No. 274/Kpts/Um/4/1979 tanggal 24 April 1979 maka kawasan Danau Towuti, Mahalona dan Towuti menjadi kawasan konservasi Taman Wisata Alam dengan nama Taman Wisata Alam Danau Towuti, Taman Wisata Alam Danau Matano dan Taman Wisata Alam Danau Mahalona. Dengan status taman wisata alam maka Danau Matano adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata, rekreasi alam dan wisata bahari.

Potensi

Pariwisata

Kawasan Danau Towuti merupakan daerah pariwisata di Sulawesi Selatan. Danau ini menawan karena air tawar di dalamnya masih sangat jernih, dengan menggunakan speed boat atau perahu ketinting kita dapat menikmati pinggiran danau dengan vegetasi yang menarik seperti Nepenthes spp. yang bergelantungan di tepian danau, banyak jenis anggrek epifit di pepohonan, dan pohon Macadamia hildebrandii yang endemik Sulawesi. Perjalanan untuk ke Pulau Bolong, Pulau Kembar dan Pulau Loeha dapat ditempuh dengan speedboat selama satu hingga dua jam, hal ini karena pengaruh cuaca, angin dan ombak.

Transportasi

Danau Towuti juga memiliki fungsi ekonomi bagi masyarakat setempat karena Danau ini menjadi jalur penyeberangan dari ibukota kecamatan Towuti ke daerah sekitar Danau Towuti dan merupakan jalur alternatif yang lebih dekat menuju Kendari, Sulawesi Tenggara.

Fakta

Para peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Universitas Brown sepakat menyatakan bahwa Danau Towuti merupakan Danau Purba tertua di Indonesia dan bahkan jauh lebih tua dari Danau toba di Sumatera Utara. Hasil riset para peneliti tersebut juga mengungkap bahwa Danau Towuti menyimpan “buku sejarah” iklim terlengkap di Indonesia. “Buku sejarah” itu berupa lapisan-lapisan sedimen yang berada di dasarnya. “Buku sejarah iklim di Danau Towuti sejauh ini adalah yang paling tebal di Indonesia dan paling rapi,” Satria Bijaksana”, pakar geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Riset mengungkap bahwa sedimen di dasar salah satu danau tertua itu mencapai ketebalan 300 meter. Diprediksi, sedimen tersebut menyimpan sejarah iklim hingga masa 700.000 tahun lalu.

Antara 16.000 – 33.000 ribu tahun lalu, danau itu ternyata dikelilingi oleh grassland, tetapi jauh sebelum itu dan juga pada saat ini, danau ternyata dikelilingi oleh hutan hujan serta menunjukkan fakta adanya perubahan iklim pada masa lalu. Para Geolog juga menemukan lapisan abu vulkanik. Itu memberi petunjuk adanya letusan gunung masa lalu. “Dengan lapisan yang cukup tebal, ada dua kemungkinan, yang terjadi mungkin mega eruption atau gunungnya ada di dekat danau,”.

Kondisi air

Danau Towuti sangat mengesankan karena kearifan lokal masih terjaga kelestariannya hingga saat ini kita semua masih bisa berkaca di jernihan air Danau Towuti. Kondisi air Danau Towuti yang hangat, sangat dalam, kaya kandungan besi tetapi minim kandungan oksigen oleh banyak peneliti dianggap memiliki kondisi yang sama dengan kondisi laut bumi pada masa Archaean Eon sekitar 2,5 juta tahun yang lalu.

Flora

Danau Towuti memiliki spesies tanaman, para peneliti mengidentifikasi jenis anggrek epifit di pepohonan dan pohon Macadamia hildebrandi tumbuhan pinang-pinangan (Hydriastele) yang masuk dalam kategori endemik, H.C. Hopkins menyatakan bahwa Weinmannia devogelii. Hopkins merupakan tumbuhan endemik Danau Matano.

Fauna

Danau Towuti adalah danau tektonik yang merupakan danau air tawar terbesar di Indonesia setelah danau Toba, Danau ini memiliki 6 spesies kerang (Tylomelania), 3 spesies kepiting (Gecarcinucidae), 6 spesies udang dan 10 spesies ikan bersirip tajam (Telmatherinidae) Salah satu spesies yang menarik adalah ikan butini (Glossogobius matanensis) yang hidup di dasar danau. Ikan Opudi (Telmatherina celebensis) termasuk salah satu ikan hias yang diperdagangkan baik dalam negeri maupun luar negeri. Nama dagang ikan ini adalah Celebes Rainbow Fish atau Celebes Sailfish dan merupakan salah satu tempat habitat buaya terbesar di Indonesia.

Baca Juga : 

Sejarah

Kompleks hutan di sekitar Danau Matano, Mahalona dan Towuti dulunya merupakan wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini awalnya ditunjuk sebagai kawasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 45/ Kpts/Um/1/1978 tanggal 25 Januari 1978 dengan fungsi lindung.

Tahun 1978 diadakan survei oleh Tim dari Direktorat Jenderal Kehutanan untuk penilaian potensi. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah Direktur Jenderal Kehutanan mengusulkan kawasan ini untuk dapat ditunjuk sebagai kawasan Taman Wisata Alam kepada Menteri Pertanian melalui surat No. 1243/Dj/I/1979.

Memperhatikan surat Direktur Jenderal Kehutanan, maka Menteri Pertanian kemudian menunjuk kawasan Danau Matano, Mahalona dan Towuti menjadi kawasan konservasi Taman Wisata Alam dengan nama Taman Wisata Alam Danau Matano, Taman Wisata Alam Danau Mahalona, dan Taman Wisata Alam Danau Towuti melalui surat Keputusan No. 274/Kpts/Um/4/1979 tanggal  24 April 1979.

 

Dasar Hukum, Luas dan Letak

Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Sk Menhut No. SK. 6590/Menhut-VII/KUH/2014 tgl 28 Oktober 2014 seluas 2.289,30 ha

Secara geografis terletak pada Lintang: 020 33’ 44’’ – 020 37’ 16’’ LS dan Bujur: 1210 27’ 53’’ – 1210 31’ 02’’ BT.

Sedangkan secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur. Dengan batasnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara: Gunung Matompo, Gunung Punneneta, Gunung Buntugalang, Gunung Marapi, Dusun Topemanu dan Dusun Tominanga; Sebelah Timur: Gunung Lengkono, Desa Loreha, Dusun Tanamalia, Dusun Baho, Dusun Sangkadehi dan Dusun Wungausa; Sebelah Selatan: Dusun Situbu, Dusun Wunu dam Dusun Wungausa; Sebelah Barat: Desa Timampu dan Desa Pekaloa.

 

Kondisi fisik

Topografi: Secara umum kawasan ini merupakan kawasan perairan danau yang sumber airnya berasal dari 3 sungai/anak sungai yang salah satu diantaranya merupakan aliran air sungai dari Danau Matano. Terletak di ketinggian 300 mdpl.

Geologi: formasi geologi di sekitar kawasan Danau Mahalona terdiri dari Batuan Plutonik Basa.

Tanah: jenis tanah di sekitar kawasan Danau Mahalona adalah Latosol Coklat Tua Kemerahan.

Iklim dan cuaca: Menurut klasifikasi Schmidt – Ferguson termasuk tipe iklim A; Curah hujan rata-rata 2.413 mm/tahun; kelembaban antara 67 – 90% dan Suhu udara berkisar 18° – 30° C.

Hidrologi: Secara umum kawasan konservasi Taman Wisata Alam Danau Mahalona terdiri dari kawasan perairan danau. Sumber air danau berasal dari beberapa mata air dan catchment area di sekitar danau yang masuk ke danau melalui 3 sungai dan anak sungai yang salah satu diantaranya adalah aliran air sungai dari Danau Matano  Selain itu, terdapat sungai yang menghubungi TWA Danau Mahalona dengan TWA Danau Towuti..

 

Potensi kawasan

Potensi ekosistem: Danau.

Potensi flora: -.

Potensi fauna: Cangak Merah, Kuntul Kerbau, Kuntul Putih Besar, Ibis Kepala Hitam , Elang, Ayam Hutan Merah, Mandar Kelam, Rangkong Sulawesi, Pergam Katanjar, Buaya Muara, Lunjar, Butini, Mujair, Betok, Sepat, Gabus

 

Aksesibilitas

Jarak dari Kota Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) ke TWA. Danau Matano adalah ± 620 km. Ada 2 alternatif jalur untuk dapat mencapai kawasan ini, yaitu:

Jalur Darat

Melalui jalan poros atau jalan provinsi dengan kondisi yang relatif baik. Waktu dibutuhkan jika melalui jalan darat adalah ± 12 jam. Rute perjalanan mulai dari Makassar – Maros – Pangkep – Barru – Parepare – Sidrap – Palopo – Masamba – Malili – Wawondula – Timampu – TWA. Danau Mahalona.

Jalur Udara

Penerbangan 2x seminggu. Rute perjalanan mulai dari Bandara Sultan Hasanuddin – Bandara Sorowako – Wawondula – Timampu – TWA. Danau Mahalona. Waktu dibutuhkan untuk ke sampai di kawasan jika melalui jalur udara adalah ± 3 jam.

Baca Juga : Taman Wisata Alam Wera

More To Explore

Fakta Menarik Gunung Argojembangan
Destinasi Jelajah
Admin

Fakta Menarik Gunung Argojembangan

Fakta Menarik Gunung Argojembangan: Keindahan Tersembunyi di Perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur Gunung Argojembangan adalah salah satu destinasi pendakian yang belum banyak dijamah, meski

Read More »
7 Fakta Gunung Anjasmoro
Destinasi Jelajah
Admin

7 Fakta Gunung Anjasmoro

7 Fakta Gunung Anjasmoro: Keindahan Tersembunyi di Jawa Timur – Gunung Anjasmoro adalah salah satu destinasi alam yang menawarkan pesona luar biasa di Jawa Timur.

Read More »
7 Fakta Gunung Dukono
Destinasi Jelajah
Admin

7 Fakta Gunung Dukono

7 Fakta Gunung Dukono: Pesona Gunung Api Aktif di Halmahera – Gunung Dukono, yang berada di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, adalah salah satu gunung

Read More »

Populer Trips Hiking

Do You Want To Boost Your Skill Hiking?

drop us a line and keep in touch

Kirim Pesan
Dapatkan Paket Private Trip dari kami dengan pralatan dan pelayanan terbaik serta harga MURAH. Silahkan chat kami untuk info lebih lanjut