Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Share This Post

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai adalah salah satu wilayah pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati yang berada di Pulau Sulawesi. Kawasan seluas 105.194 hektar ini berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. TN Rawa Aopa Watumohai memiliki bentangan alam kawasan yang cukup bervariasi, namun sebagian besar didominasi dengan lahan basah.

Meski Rawa Aopa Watumohai tidak se-terkenal 8 taman nasional lain yang ada di Sulawesi, seperti Bunaken, Bogani Nani Wartabone, Bantimurung-Bulusaraung, Lore Lindu, Rawa Aopa Watumohai, Taka Bonerate, Togean, dan Wakatobi. Namun manfaat yang diberikan sangat besar terhadap kelestarian hayati.

Pariwisata Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Meski tidak terlalu familiar di telinga, ternyata kawasan ini telah menjadi wilayah konservasi sejak tahun 1990. Namun sayangnya, semakin kesini mengalami pengurangan kekayaan alam akibat berbagai ulah manusia.

Hal tersebut dapat dikatakan wajar, sebab kawasan taman nasional ini berada di zona tradisional. Zona ini merupakan area yang dihuni serta terdapat kegiatan manusia yang turut memanfaatkan hasil alam. Beberapa aktivitas yang dimaksud adalah penangkapan ikan serta mengambil tumbuhan untuk dijadikan anyaman.

1. Padang Sabana

Padang sabana merupakan pesona yang paling indah di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dengan luas areal mencapai 23.000 hektar. Ketika berada di sini pengunjung akan menyaksikan hamparan padang rumput dengan beberapa jenis flora seperti bambu, semak belukar, dan lontar.

Kawasan sabana menjadi tempat favorit bagi satwa seperti sapi dan rusa. Sayangnya rusa yang sebelumnya mempunyai habitat di taman nasional ini, kini sudah mulai jarang terlihat. Hal ini disebabkan oleh kegiatan perburuan liar yang semakin marak.

Untuk mencapai areal padang sabana, pengunjung dapat melalui beberapa jalur. Letak padang sabana yang pertama tidak terlalu jauh dari jalan raya, sehingga sangat mudah untuk dijangkau. Sepintas padang sabana ini mirip dengan lapangan golf.

Sedangkan untuk mencapai padang sabana yang kedua, pengujung harus menyeberangi sungai serta menyusuri hutan. Sepanjang perjalanan, pengunjung juga akan melalui tempat burung maleo serta kakatua jambul bertelur. Jika beruntung kedua burung ini juga akan terlihat berkeliaran di antara pepohonan.

Waktu yang dibutuhkan dari padang sabana pertama ke padang sabana yang kedua kurang lebih 2 jam. Padang sabana yang kedua ini memiliki panorama yang lebih menakjubkan dibanding padang sabana pertama.

Disekelilingnya terdapat deretan bukit-bukit hijau dan membentuk gelombang yang berkesinambungan.

2. Menyusuri Hutan Rawa dan Mangrove

Salah satu kawasan yang juga dikembangkan sebagai tempat pariwisata di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai adalah hutan rawa. Pengembangan pariwisata ini baru mulai dilakukan pada tahun 2018 bersama tiga sektor lainnya, yaitu pertanian, perikanan, dan pariwisata.

Luas kawasan hutan rawa yang dijadikan sebagai tempat pariwisata seluas 12 hektar. Pengunjung disarankan untuk menginap di areal taman nasional agar dapat menikmati keindahannya.

3. Wisata Budaya

Tidak hanya menikmati keindahan bentangan alam saja yang bisa pengunjung lakukan di Taman Nasional Aopa Watumohai, tetapi juga wisata budaya. Jenis wisata ini dapat dilakukan dengan berbaur dengan masyarakat sekitar taman nasional.

Kawasan taman nasional yang berada di zona tradisional tentunya akan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Oleh sebab itu pengunjung dapat dengan mudah untuk bertemu dan bercengkrama dengan warga sekitar.

Secara umum, masyarakat sekitar taman nasional mempunyai mata pencaharian yang berkaitan dengan hasil alam. Misalnya untuk memperoleh ikan, masyarakat sering mencari di areal perairan taman nasional. Selain itu, masyarakat juga sering menggunakan hasil alam untuk membuat kerajinan tangan.

Salah satu hasil kerajinan yang memanfaatkan hasil alam adalah kerajinan tikar pandan atau dikenal sebagai totole. Berinteraksi dengan masyarakat sekitar dapat membuat pengunjung mengenal lebih dalam bagaimana kegiatan dan proses untuk menghasilkan kerajinan ini.

Kegiatans sehari-hari masyarakat yang juga menarik untuk diamati adalah teknik memancing yang disebut sebagai molonduri, teknik menangkap ikan dengan tangan kosong atau makaroro, teknik membubut, menjala, dan memukat. Semua pengetahuan ini diperoleh secara turun temurun dari nenek moyang mereka.

Baca Juga : Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, Indonesia

More To Explore

Populer Trips Hiking

Do You Want To Boost Your Skill Hiking?

drop us a line and keep in touch

Kirim Pesan
Dapatkan Paket Private Trip dari kami dengan pralatan dan pelayanan terbaik serta harga MURAH. Silahkan chat kami untuk info lebih lanjut