Taman Nasional Lore Lindu juga dikenal dengan singkatan TNLL berada di kawasan perlindungan hayati Sulawesi, tepatnya Sulawesi Tengah. Kawasan taman nasional ini menempati lokasi seluas 2.180 km persegi. Ukuran tersebut termasuk sedang, bahkan relatif kecil jika dibanding taman nasional lain di Indonesia.
Alasan utama kawasan TNLL / Lore Lindu National Park menyimpan begitu banyak pesona adalah kawasan ini terbentuk dari pertemuan dua lempeng benua. Berbagai jenis flora dan fauna endemik serta panorama alam tersebar dan membentang di garis Wallace ini.
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Taman Nasional Lore Lindu terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, Suaka Margasatwa Sopu Gumbasa, dan Hutan Wisata Danau Lindu. Selain berbagai jenis flora dan fauna serta pesona alamnya, yang paling menakjubkan dari TNLL adalah peninggalan megalitikum.
1. Peninggalan Megalitikum
Peninggalan megalitikum berupa patung-patung batu merupakan destinasi wisata yang paling menarik untuk dikunjungi. Hal itu dikarenakan patung tersebut yang sudah berusia ratusan hingga ribuan tahun. Patung-patung ini tersebar di Lembah Napu, Bada, dan Besoa.
Patung peninggalan megalitikum ini disebut sebagai monumen batu terbaik yang berada di antara patung-patung sejenis di Indonesia. Patung-patung tersebut diklasifikasikan menjadi 5 jenis berdasarkan bentuknya.
Pertama adalah patung-patung batu yang biasanya memiliki ciri berupa bentuk manusia, tetapi hanya bagian bahu, kepala, atau kelamin saja.
Kedua adalah kalamba dan merupakan bentuk megalit yang paling banyak ditemukan dengan bentuk menyerupai jambangan. Diperkirakan kalamba adalah tempat untuk menampung persediaan air atau menaruh mayat pada saat upacara penguburan.
Ketiga yaitu tutu’na yang berupa piringan-piringan batu dan diperkirakan adalah penutup bagi jenis kalamba. Keempat ada batu dakon yang merupakan batu-batu berbentuk rata hingga cembung. Batu dakon ini menggambarkan lubang-lubang tidak teratur, saluran-saluran, dan lekukan-lekukan.
Jenis kelima adalah patung-patung di luar keempat jenis tadi. Misalnya tiang penyangga rumah, mortar batu, serta berbagai bentuk lain yang dapat ditemukan di kawasan ini.
2. Danau Tambing
Danau Tambing yang berada di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso. Meski belum lama dijadikan sebagai destinasi wisata, Danau Tambing sebenarnya sudah sangat terkenal sebagai tempat berpetualang bagi wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Lore Lindu.
Letaknya yang jauh dari keramaian menjadikan Danau Tambing sebagai tujuan yang paling baik untuk melepas penat dari berbagai rutinitas yang melelahkan. Meskipun begitu, pengunjung harus menyiapkan energi dan fisik untuk melakukan pendakian, karena ketinggiannya berada di 1.700 meter di atas permukaan laut.
Danau Tambing juga dijuluki sebagai surga burung, karena di kawasan ini hidup sekitar 260 spesies burung. Bahkan 30% dari burung tersebut adalah spesies endemik.
Beberapa jenis burung yang dapat ditemukan di Danau Tambing, antara lain burung kipasan sulawesi (Rhipidura teysmanni) dan burung kancilan ungu (Maroon-backed whistler). Keunikan dari dua jenis burung ini adalah ukurannya yang tidak lebih besar dari salak pondoh.
Ada juga nuri sulawesi (Tanygnathus sumatranus), rangkong (Buceros sulphurea dan Aceros cassidix), kakatua (Cacatua sulphurea), pecuk ular (Anhinga rufa) yang berkeliaran di sekitar Danau Tambing ini.
3. Penangkaran Burung Maleo
Penangkaran Burung Maleo merupakan satu dari dua destinasi wisata yang baru dikembangkan di kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Kawasan ini terletak di Desa Saluki, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi.
Selain menjadi destinasi yang kerap dikunjungi wisatawan, kawasan satwa endemik maleo ini juga menarik dijadikan sebagai lokasi penelitian.
4. Kegiatan Lain
Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan Taman Nasional Lore Lindu mulai dari penelitian, pendidikan, pendakian, perkemahan, hingga pemotretan dan pembuatan film.
Untuk kegiatan berupa penelitian yang ditawarkan taman nasional ini sangat banyak. Mulai dari bidang ekologi, biologi, geologi, dan bahkan sosial budaya penduduk di sekitar taman nasional. Penelitian yang telah dilakukan antara lain mengenai flora dan fauna seperti monyet hitam, tarsius, dan burung.
Pendidikan di kawasan taman nasional ini dilakukan dengan kegiatan pengenalan aneka ragam flora, pendidikan konservasi dengan menggunakan fasilitas yang ada, serta kegiatan pecinta alam. Sementara untuk pendakian dapat dilakukan dengan mendaki Gunung Nokilalaki dan Gunung Rorekatimbu.
Kegiatan berkemah dapat dilakukan di kawasan yang telah ditetapkan, yaitu Dongi-Dongi. Pemotretan dan pembuatan film biasa dilakukan dengan mengambil latar keindahan alam, flora dan fauna, serta berbagai fenomena alam yang memang sangat menarik untuk dijadikan bahan film.
Selain itu, kegiatan rafting juga cukup menarik untuk dilakukan, karena di kawasan taman nasional ini ada banyak sungai yang mengalir. Misalnya Sungai Lariang untuk melakukan arung jeram, terutama bagi wisatawan yang senang melakukan wisata menantang serta olahraga air.
Baca Juga : Taman Nasional Kepulauan Seribu