Taman Nasional Kepulauan Seribu ataupun Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu( TNLKS ) tidak cuma berperan selaku daerah proteksi alam, namun sekalian destinasi wisata. Kawasan nasional satu ini didominasi oleh daerah perairan, sehingga memanglah pantas jadi tujuan wisata bahari menjanjikan.
Posisi Taman Nasional ini sangat dekat dengan bunda kota Jakarta. Para wisatawan cuma membutuhkan waktu sepanjang sebagian jam buat menggapai kawasan yang terletak di Kabupaten Pulau Seribu lewat pelabuhan di Jakarta. Transportasi yang universal digunakan merupakan speed boat.
Keadaan Alam TNLKS
- Letak Geografis
Secara geografis Halaman Nasional Kepulauan Seribu terletak pada koordinat 5°24’– 5°45’ Lintang Selatan serta 106°25’– 106°40’ Bujur Timur. Secara administratif kawasan tersebut berlokasi di antara Kelurahan Panggang serta Kelurahan Pulau Kelapa dari Kecamatan Kepulauan Seribu,
Kabupaten Pulau Seribu, Provinsi DKI Jakarta.
- Luas Kawasan
Kawasan Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu memiliki luas sebesar 107. 489 hektar dengan daerah daratan cuma seluas 526 hektar, selebihnya berbentuk perairan laut. Halaman nasional ini terdiri atas 106 gugusan pulau dengan keadaan hutan masih natural, 78 diantara pulau tersebut merupakan daerah dilindungi.
Luas tiap pulau tersebut cuma berkisar antara 0, 5 sampai 37 hektar. Daerah Kepulauan Seribu ini membentang sepanjang 80 km ke arah utara serta selatan. Perpaduannya menciptakan gugusan pulau karang yang diketahui mempunyai kesamaaan baik secara morfologis maupun oseanografis.
Sistem Zonasi
Seperti halaman nasional pada biasanya di Indonesia, Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu pula mempraktikkan sistem zonasi buat pengelolaannya. Spesial buat TNLKS terdapat 8 zona yang dibangun serta mencakup kawasan daratan sampai perairan, 4 antara lain merupakan zona maritim yang tidak ditemukan di halaman nasional lain.
- Zona Inti
Zona inti halaman nasional umumnya terletak di tengah- tengah serta berperan selaku posisi yang dilindungi dari jangkauan manusia. Alasannya zona ini pula jadi tempat pelestarian plasma nutfah dan proteksi terhadap proses ekologi.
Di TNLKS sendiri, zona inti kembali dipecah jadi 3 titik, ialah:
Zona Inti I diperuntukkan selaku posisi proteksi Penyu Sisik. Titik ini terletak di Pulau Gosong Rengat yang ialah habitat sekalian tempat Penyu Sisik bertelur.
Zona Inti II diperuntukkan selaku areal buat melindungi ekosistem mangrove. Zona ini membentang di Pulau Penjaliran Timur, Pulau Penjaliran Barat, dan Pulau Peteloran Barat serta Pulau Peteloran Timur yang pula jadi habitat serta posisi peneluran Penyu Sisik.
Zona Inti III berperan selaku kawasan proteksi buat ekosistem terumbu karang. Zona ini terletak pada Pulau Kayu Angin Bira, Pulau Belanda, serta perairan sekitarnya. Kawasan pada zona ini cuma dimanfaatkan buat kebutuhan riset.
- Zona Lindung
Zona Lindung adalah daerah yang berperan selaku proteksi buat Zona Inti, spesialnya Zona Inti I serta Zona Inti II. Alasannya kedua zona tersebut mempunyai ekosistem yang menyatu dengan Zona Lindung. Pada ekosistem seperti itu Penyu Sisik mencari santapan, dibesarkan, serta dikembangbiakkan.
- Zona Pemanfaatan
Bila Zona Inti serta Zona Lindung sama sekali tidak diizinkan buat dijamah manusia, hingga Zona Pemanfaatan terbuka buat manusia walaupun senantiasa wajib mematuhi ketentuan yang berlaku. Zona ini memanglah dibesarkan buat aktivitas wisata alam laut dengan dilandaskan pada ketentuan konservasi alam.
- Zona Pemanfaatan Tradisional
Zona Pemanfaatan Tradisional pula tidak jauh berbeda dengan Zona Pemanfaatan. Cuma saja zona ini difungsikan buat menopang kebutuhan warga, namun masih dalam batas tertentu. Zona ini dibuka buat menunjang kebutuhan sosial, ekonomi, serta budaya warga dekat.
Contoh aktivitas yang diizinkan buat dicoba pada Zona Pemanfaatan Tradisional merupakan penangkapan ikan dengan ketentuan memakai tata cara penangkapan tradisional. Warga diberikan izin untuk melaksanakan budidaya serta membuat fasilitas universal di zona satu ini.
- Zona Sublitoral
Zona sublitoral merupakan salah satu zona maritim yang terletak di tepi laut serta membentang mulai dari batasan surut air sangat rendah hingga dengan bawah laut terdalam. Zona ini umumnya bisa menggapai kedalaman dekat 20 sampai 40 m, apalagi sebagian titik menggapai 70 m. Kawasan ini didominasi biota tipe karang semacam Acropora sp.
- Zona Litoral
Zona Litoral pula ialah zona maritim yang berbatasan dengan Zona Sublitoral. Zona ini dihitung mulai dari batasan air pasang sangat besar hingga dengan batasan air surut sangat rendah. Kawasan ini umumnya sangatlah luas dang jadi habitat untuk terumbu karang serta aneka ikan hias semacam Echinophyllia sp., Pachyseris sp., Mycedium sp., serta Oxypora sp.
- Zona Supralittoral
Zona Supralittoral pula masih terletak di zona tepi laut, namun tidak sempat dicapai ataupun terendam oleh air laut, spesialnya kala air hadapi pasang sampai titik paling tinggi. Walaupun begitu zona ini masih mendapatkan percikan- percikan air laut kala terjalin gelombang besar maupun ombak.
Zona ini terdiri atas zona tepi laut berpasir serta bebatuan karang yang umumnya jadi tempat bertelur untuk Penyu Hijau( Chelonia mydas) serta Penyu Sisik( Eretmochelys imbricata). Kawasan ini pula didominasi oleh tanaman mangrove serta bermacam spesies burung air.
- Zona Daratan
Zona daratan merupakan kawasan yang berbatasan dengan Zona Supralittoral. Dengan begitu zona ini telah lumayan kering serta jauh dari jangkauan air laut. Selaku kawasan daratan zona ini biasanya ditumbuhi oleh kelapa( Cocos nucifera).
Iklin dan Topografi
Suhu dan topografi merupakan 2 faktor pembangun berarti di Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Ada pula keadaan hawa serta topografi kawasan ini secara rinci merupakan selaku berikut.
- Iklim
Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu memiliki hawa jenis B. Daerah dengan hawa jenis ini memiliki curah hujan rata- rata sebesar 3. 015 milimeter per tahun. Dalam satu tahun kawasan ini dapat hadapi hujan paling tidak sebanyak 67 hari. Ada pula suhunya terletak pada kisaran 21, 6 sampai 32, 3 derajat Celcius dengan rata- rata 27 derajat Celcius.
Kelembaban relatif kawasan ini terletak pada kisaran 67% sampai 98% dengan rata- rata 80%. Kecepatan anginnya mulai dari 2 knot sampai 4 knot per jam, sebaliknya rata- rata kekuatan arus laut dekat 20 sampai centimeter per detik. Sedangkan buat pasang surut air laut paling tidak mulai dari 1, 5 hingga 2 m serta tergantung pada keadaan masa.
Terdapat 2 masa di TNLKS serta pengaruhi keadaan hawa di kawasan dekat. Kedua masa tersebut merupakan masa barat energi ataupun masa barat yang berlangsung di Bulan Desember sampai Februari yang memiliki curah hujan dekat 100 sampai 400 centimeter dan masa timur ataupun masa tenggara pada Bulan Juni sampai Agustus dengan curah hujan lebih rendah ialah 50 hingga 100 centimeter.
Bulan Maret hingga Mei dan Bulan September hingga November merupakan masa peralihan. Pada masa tersebut puncak curah hujan sangat besar terjalin di Bulan November hingga Maret. Keadaan daerah laut semenjak Bulan November sampai April tercantum dinamis dengan kekuatan arus dekat 20 sampai 40 centimeter per detik serta gulungan ombak lumayan besar.
Bulan Mei sampai September adalah masa dikala cuaca lumayan terang, sehingga keadaan laut lebih tenang serta airnya sangatlah jernih. Rentang waktu ini jadi waktu yang sangat baik buat berkunjung ke TNLKS, sebab ombak yang tidak besar, air laut jernih, dan angin berhembus pelan jadi momen cocok buat melaksanakan wisata air.
- Topografi
Daerah Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu terletak pada ketinggian antara 0 sampai 7 m di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut kawasan ini masuk ke dalam zona perairan laut dangkal yang tersusun atas gugusan pulau karang, lereng terumbu karang( reef slope), serta rataan terumbu karang( reef flat).
Keadaan permukaan bawah laut di halaman nasional ini rata- rata landai serta beraturan. Cuma saja sebagian pulau memiliki jurang laut yang terbilang dalam. Misalnya pada Pulau Congkok, Pulau Opak Kecil, Pulau Kecil, Pulau Kotak Besar, gugusan Pulau Bira Kecil, serta Karang Bongkok.
Sedangkan itu sebagian pulau di TNLKS pula memiliki permukaan daratan yang hampir sama rata dengan permukaan laut. Pulau yang hadapi keadaan itu merupakan Pulau Payung Kecil, Pulau Air Kecil, Pulau Gosong, serta Pulau Ubi Besar.
Nyaris seluruh pulau yang terdapat di halaman nasional ini merupakan tanah karang yang tersusun atas puing- puing dan hasil erosi dari terumbu karang yang dibawa oleh ombak sampai menggapai dataran terumbu rataan. Keadaan ini dapat dilihat dari zona daratan yang rendah serta keberadaan pasir selama tepi laut.
Sejarah Kawasan
Secara garis besar sejarah daerah Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu diawali pada pada bertepatan pada 12 Juli 1982 kala Pesan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 527/ Kpts/ Um/ 7/ 1982 tentang sebagian daerah di Kepulauan Seribu diresmikan selaku kawasan Cagar Alam Laut dengan luas 108. 000 hektar dikeluarkan.
Pada tahun yang sama, tepatnya bertepatan pada 14 Oktober 1982 Menteri Pertanian menghasilkan Pesan Statement Nomor. 736/ Kpts/ Mentan/ X/ 1982 tentang daerah Kepulauan Seribu diumumkan selaku calon Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Pencalonan ini baru membuahkan hasil lebih dari 10 tahun setelah itu.
Pada bertepatan pada 21 Maret 1995 barulah daerah Cagar Alam Laut Kepulauan Seribu diresmikan selaku Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu ataupun TNLKS yang memiliki luas 108. 000 hektar bersumber pada Pesan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. 162/ Kpts- II/ 95.
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman biologi di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu sangatlah bermacam- macam. Secara universal keragaman tersebut bisa dipecah jadi 2 ialah Keanekaragaman Ekosistem serta Keanekaragaman Flora Fauna.
- Keanekaragaman Ekosistem
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu terdiri atas gugusan terumbu karang serta gugusan pulau dengan kedalaman laut pada tiap titik berbeda- beda. Perihal tersebut menjadikan kawasan ini selaku ekosistem laut maritim tropis. Dengan ekosistem tersebut, TNLKS kembali dipecah atas 3 sub- ekosistem.
Sub- ekosistem daratan tepi laut yang disyarati dengan luasnya agak kecil dan perpaduan flora, fauna, serta bermacam faktor non- hayati yang dimilikinya membentuk zona daratan yang khas.
Sub- ekosistem tepi laut hutan bakau adalah daerah berkembang untuk bermacam tipe tanaman khas mangrove.
Sub- ekosistem terumbu karang merupakan daerah sangat luas di halaman nasional ini yang jadi tempat hidup untuk bermacam spesies flora serta fauna laut dengan seluruh keelokan khas yang dimilikinya.
- Keanekaragaman Flora serta Fauna
Selaku kawasan yang tersusun atas daerah daratan serta perairan, Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu memiliki keanekaragaman yang sangat kaya. Alasannya flora serta fauna yang bisa ditemukan di daerah ini ialah perpaduan antara kehidupan di darat serta pula di laut.
Flora yang berkembang di TNLKS bisa dipecah jadi jadi 2 tipe ialah flora darat serta flora laut. Flora darat terdiri atas tanaman yang berkembang daerah daratan sampai hutan mangrove, sebaliknya flora laut merupakan kelompok tanaman yang hidup di dalam daerah perairan semacam ganggang serta rumput laut.
Flora darat di TNLKS antara lain kelapa( Cocos nucifera), mengkudu( Morinda citrifolia), sukun( Artocarpus altilis), bay cedar( Suriana), matahari laut( Spinifex), katang- katang( Ipomoea), pandan laut( Pandanus tectorius), kecundang( Cerbena adollam), cemara laut( Casuarina equisetifolia), nyamplung( Calophyllum inophyllum), bogem( Sonneratia), serta marga Tournefortii.
Flora darat di zona hutan mangrove ditumbuhi oleh tipe bakau ( Rhizophora ), api- api ( Avicennia ), berus ( Bruguiera eriopetala), tengar ( Ceriops ), santigi ( Phempis ).
Flora laut berbentuk kelompok ganggang laut yang ditemukan di kawasan ini adalah ganggang hijau ( Chlorophyta ), ganggang merah ( Rhodophyta ), serta ganggang cokelat ( Phaeophyta ).
Flora laut dari kelompok rumput laut antara lain berasal dari marga Thalassia, Gelidium, Focus, Chondrus, Caulerpa, Sargassum, serta spesies Halimeda padina.
Sama halnya dengan flora, fauna TNLKS ialah perpaduan antara fauna darat serta fauna laut. Kelompok fauna tersebut terdiri atas fauna terumbu karang, aves, serta pula pisces. Total totalitas fauna yang hidup di kawasan ini sekita 257 spesies.
Fauna kelas aves yang bisa ditemukan di TNLKS berjumlah 18 spesies serta satu antara lain merupakan binatang endemik yang dijadikan selaku maskot kota Jakarta ialah Elang Bondol( Haliastur indus).
Kelas pisces ataupun ikan yang hidup di perairan halaman nasional ini tercatat berjumlah kurang lebih 113 spesies serta terdapat 78 spesies yang hidup dengan metode bersosialisasi dengan zona padang lamun.
Kelompok moluska di kawasan ini pula lumayan banyak serta sebagian antara lain merupakan tipe yang dilindungi semacam kepala kambing, kima raksasa( Tridacna gigas), pangkal bahar, kerang susu bulat, serta batu laga.
Pada daerah terumbu karang bagian dalam yang dilindungi, tepatnya pada bercak terumbu yang ada di permukaan laut ada habitat fauna dari spesies Porites lutea, Porites andrewsi, serta Acropora sp. yang mendominasi habitatnya.
Pada daerah dataran karang bagian luar ada atol- atol kecil serta ketiga spesies yang sudah disebutkan tadi sekalian jadi fauna khas di zona tersebut. Fauna tersebut pula mendominasi dataran karang yang terletak di bagian selatan dari Pulau Pari.
Fauna yang hidup di daerah dataran karang terbuka memiliki tipe yang lebih sedikit dibandingkan pada dataran yang dilindungi. Karang yang ada di puncak terumbu biasanya berupa tabung, kecil, dan kurang masif semacam Porites sp., Coeloseris sp., serta Acropora sp.
Kehidupan Masyarakat
Bersumber pada informasi tahun 2014 kemudian, jumlah penduduk yang menghuni kawasan Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu merupakan 10. 000 jiwa serta membentuk 3 perkampungan. Mereka hidup dengan metode tergantung pada hasil laut serta kadangkala pula mengambil buah lamun buat dijadikan santapan.
Dekat 7. 000 jiwa dari total penduduk TNLKS hidup di kawasan bekerja serta menjabat selaku nelayan tradisional. Menangkap ikan tidak cuma jadi upaya pemenuhan kebutuhan tiap hari, melainkan pula selaku sumber mata pencaharian penduduk. Tidak hanya itu warga pula membuka kebun kelapa, dan menambang karang serta cangkang kima.
Terdapat 2 pulau yang jadi tempat tinggal utama untuk warga dekat halaman nasional adalah Pulau Panggang serta Pulau Kelapa. Sebaliknya pulau yang lain cuma hendak ditempati oleh nelayan pada masa tertentu serta mayoritas pulau telah dikelola buat tujuan pariwisata. Alasannya zona pariwisata adalah sumber pemasukan terbanyak di kawasan ini.
Dari total 106 pulau di TNLKS, 80 antara lain telah dibentuk buat mendukung zona pariwisata semacam Pulau Bidadari, Pulau Gadis, serta Pulau Melintang. Rata- rata pulau tersebut pula telah dilengkapi sarana pendukung wisata semacam bungalow, cottage, lanai, restoran, tempat berkemah, toko, gedung pertemuan, serta bar.
Total terdapat 23 pulau yang telah dipunyai secara individu di halaman nasional ini semacam Pulau Air serta Pulau Kotok Besar selaku posisi konservasi burung. Mayoritas pulau individu tersebut dikelola buat tujuan pariwisata. Selebihnya betul- betul cuma diperuntukkan untuk aktivitas owner pulau serta tertutup buat universal.
Destinasi Wisata
Letak Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu memanglah sangat strategis buat dijadikan selaku objek wisata, sebab penduduk ibukota tentu hendak mampir bila mulai bosan dengan penatnya Jakarta. Jumlah turis yang berkunjung ke kawasan ini dikenal terus hadapi kenaikan tiap tahun.
Contohnya pada tahun 1993 silam, turis menggapai 112. 988 orang serta bertambah di tahun berikutnya 1994 jadi 125. 840 orang. Turis tersebut tidak cuma berasal dari dalam negara, namun pula luar negara. Aktivitas yang biasa dicoba turis merupakan wisata air serta pengamatan burung.
Kegiatan snorkeling serta diving sangat baik dicoba di Pulau Jukung, Pulau Genteng, Pulau Panjang, Pulau Kelor, Pulau Macan, Pulau Semut, serta Pulau Petondan, sebab keadaan terumbu karangnya masih sangat natural serta terpelihara.
Kegiatan memancing sangat sesuai dicoba di Pulau Belanda, Pulau Petondan, serta Pulau Jukung.
Turis pula bisa mendatangi tempat memiliki di halaman nasional ini berbentuk sisa- sisa benteng era penjajahan Belanda yang terletak di Pulau Kayangan, Pulau Kelor, serta Pulau Onrust. Sedangkan itu di Pulau Damar Kecil pula terdapat sisa aset istana kepresidenan.
Mitra Pengelola Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu
Pengelolaan Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu dilaksanakan dengan menjalankan kerjasama dengan sebagian pihak baik organisasi maupun lembaga. Sebagian antara lain merupakan Puslitbang Biologi- LIPI, Yayasan Indonesia Hijau, Yayasan Laut Lestari Indonesia, Yayasan WWF Indonesia, PT. Trans Intra Asia, Japan Bekko Association, BirdLife International- Indonesia Programme, serta PT. Geode Pataka Alam.
Aksesibilitas
Semacam sudah disebutkan lebih dahulu kalau Halaman Nasional Laut Kepulauan Seribu terletak dalam daerah administratif Provinsi Wilayah Spesial Ibukota Jakarta. Hingga dari itu pula bisa dicapai lewat pelabuhan yang terdapat di Teluk Jakarta antara lain Pelabuhan Tanjung Priok, Muara Karang, Ancol, Marina, serta Marunda.
Ada pula metode buat menggapai pulau- pulau yang terdapat di kawasan halaman nasional adalah selaku berikut.
Dari Pelabuhan Ancol turis wajib menempuh jarak sepanjang 90 mil dengan waktu 30 menit apabila memakai perahu motor mengarah Pulau Bidadari. Umumnya agenda transportasi Ancol ke Pulau Bidadari merupakan 2 kali satu hari pada weekday serta bertambah jadi 4 kali satu hari dikala weekend.
Dari Pelabuhan Tanjung Priok ataupun Donggala turis bisa menggunakan bermacam tipe transportasi mengarah Pulau Panggang. Cuma jaraknya lumayan jauh, sehingga membutuhkan waktu 5 sampai 7 jam serta cuma ada 2 kali sepekan. Pada hari sabtu ada transportasi jet foil yang cuma perlu 55 menit buat datang.
Dari Pelabuhan Marina Ancol ada kapal yang mengangkut turis mengarah gugusan pulau wisata di Kepulauan Seribu semacam Pulau Gadis. Kapal ini cuma beroperasi ke tempat wisata pada hari sabtu serta membutuhkan 3 hingga 4 jam ekspedisi. Terdapat pula speed boat yang dapat disewa kapan saja serta menghabiskan waktu 2 sampai 2, 5 jam.
Turis pula bisa berkunjung via hawa dengan memakai pesawat yang nantinya mendarat di lapangan terbang Pulau Panjang. Penerbangan reguler mengarah pulau tersebut pula dilayani oleh 2 maskapai ialah Navaho Light Aircraft serta Cessna sebanyak 1 kali satu hari pada hari senin sampai kamis, kemudian bertambah pada dikala weekend jadi 2 kali satu hari dengan waktu penerbangan 25 menit.
Cuma saja transportasi tersebut umumnya beroperasi buat rute tertentu, sehingga tidak dapat langsung mengarah pulau- pulau yang lain. Apabila mau berkunjung ke pulau yang tidak dicapai oleh transportasi dari pelabuhan, hingga turis bisa menyewa perahu di pulau yang dicapai.
Baca Juga : Taman Nasional Laiwangi Wanggameti