Taman Nasional Gunung Halimun Salak atau TNGHS adalah kawasan konservasi yang berada di provinsi Jawa Barat. Luas dari kawasan ini adalah 113.357 ha, jauh meningkat dari yang sebelumnya 39.941 saat masih berstatus sebagai Hutan Lindung.
Disebut sebagai Taman Nasional Gunung Halimun Salak atau Mount Halimun Salak National Park karena kawasan ini memiliki dua puncak gunung tertinggi, yaitu Gunung Halimun dan Gunung Salak. Sebagai wilayah pegunungan, pesona alam di taman nasional ini begitu beragam dan menakjubkan.
Hal itu bisa dilihat dari banyaknya destinasi wisata yang terdapat di sepanjang kawasan ini, seperti curug, gunung, dan telaga. Flora dan fauna yang tumbuh dan mendiami taman nasional ini juga sangat beragam dari jenis endemik hingga kategori spesies langka.
Destinasi Wisata
Kawasan taman nasional memang selalu identik desana pesona alam yang memukau. Begitupun di Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki begitu banyak lokasi atau destinasi wisata menarik untuk dikunjungi.
1. Mendaki Puncak Gunung
Ada beberapa puncak gunung yang membentang di sepanjang kawasan taman nasional ini dengan ketinggian antara 1.700 hingga 2.211 meter di atas permukaan laut. Namun sebagian besar jalur pendakiannya belum dibuka secara resmi, sehingga untuk melakukan pendakian harus didampingi petugas dan memiliki surat izin.
Beberapa gunung tersebut yaitu Gunung Halimun Utara, Gunung Halimun Selatan, Gunung Salak Puncak 1, Gunung Salak Puncak 2, Gunung Sanggabuana, dan Gunung Botol.
2. Kawah Ratu
Kawah Ratu terletak di lereng Puncak Gunung Salak 1, tepatnya di tengah hutan. Ketika berada di wilayah ini, pengunjung harus berhati-hati dan tidak terlalu lama, apalagi mendekat dengan sumber uap. Pasalnya gas beracun dapat terjadi kapanpun dan menimbulkan halusinasi.
3. Curug atau Air Terjun
Curug merupakan destinasi wisata yang kaya di kawasan taman nasional ini. Ada delapan curug cantik yang patut diketahui dengan keunikan tersendiri yang sayang jika dilewatkan.
Curug Cihurang adalah yang paling dekat dari pintu gerbang taman nasional, sekitar 150 meter. Curug ini tidak terlalu tinggi, tetapi memiliki dua aliran. Pengunjung yang ingin menginap biasanya membuat camp di sekitar curug ini. Terdapat pula perosotan untuk anak-anak yang disediakan.
Curug Ngumpet 1 juga tidak terlalu jauh dari gerbang TNGHS. Ketinggian curug ini adalah 45 meter dan mempunyai dua aliran yang bertemu di satu muara. Ada juga Curug Ngumpet 2 atau Curug Kondang yang jaraknya hampir sama dengan air muara berwarna hijau toska.
Terdapat juga Curug Pangeran yang untuk mencapainya sedikit membutuhkan tenaga, karena pengunjung harus menempuh track berupa jalan setapak. Keunikan dari curug ini adalah muaranya yang berwarna hijau toska.
Selanjutnya adalah Curug Cigamea yang air terjunnya memiliki aliran berundak sebelum berakhir di muara. Sementara itu, Curug Sawer adalah curug tak bermuara yang menjadi pembuka menuju Curug Seribu.
Jalur menuju Curug Seribu medannya sedikit lebih sulit, tetapi pesona dari curug ini mampu mengobati rasa letih. Kemudian yang terakhir adalah Curug Muara Herang dengan ketinggian 50 meter yang baru dibuka untuk wisatawan dan tak jauh dari gerbang taman nasional.
Selain kedelapan curug itu, masih ada lagi air terjun lain seperti Curug Citamanja, Curug Pilit, Curug Citangkolo, Curug Cibelang, Curug Ciarnisah, Curug Pilung, Curug Cipamulan, dan lainnya.
4. Gunung Batu
Kawasan taman nasional ini juga memiliki mitor yang berkaitan dengan kepercayaan dan hukum adat masyarakat sekitar. Beberapa lokasi dipercaya memiliki kekuatan spritual, salah satunya adalah Gunung Batu yang berada di puncak bukit.
Disebut Gunung Batu karena terdiri dari dinding-dinding batu. Lokasinya berada di desa Mekarjaya dan membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam jika jalan kaki dari kampung Cigadong.
5. Perkebunan Teh Nirmala
Menembus hutan TN Gunung Halimun Salak tepat di tengah-tengahnya terdapat Perkebunan Teh Nirmala yang merupakan bekas peninggalan Belanda. Hal menarik dari kebun teh ini adalah keberadaan perkebunan bunga mawar yang terletak di tengah hamparan teh.
Selain itu, pengunjung dapat menyaksikan langsung proses pengolahan daun teh di pabriknya. Jika ingin istirahat, puncak perkebunan menjadi pilihan yang bagus sambil menikmati indahnya tanaman perkebunan.
6. Bumi Perkemahan (Camping Ground)
Menyatu dengan alam memang menjadi hal menyenangkan. Di kawasan taman nasional ini sudah dikembangkan lokasi untuk berkemah. Beberapa diantaranya adalah Cikalet, Wates, Cangkuang, Citalahab, Sukamantri, serta Gunung Bunder.
7. Wisata Desa
Selain wisata alam, di kawasan taman nasional ini juga dapat dilakukan kegiatan wisata desa untuk mengenal lebih jauh kehidupan, budaya, dan karakteristik masyarakat sekitar. Ada lima desa yang dapat menjadi tujuan wisata dengan keunikan masing-masing.
Kelima desa tersebut adalah desa Malasari, desa Kiarasari, desa Tapos 1, desa Kanekes dengan Saba Baduy, serta desa Jelajah Kesepuhan
8. Candi Cibedug
Candi Cibedug berada di sebelah barat Desa Citorek yang dapat ditempuh selama 3 jam dengan jalan kaki. Ukuran dari situs candi ini cukup kecil dan merupakan peninggalan bersejarah dari kerajaan di Jawa Barat.
9. Canopy Trail
Jembatan gantung atau canopy trail yang berada di kawasan TNGHS ini tidak jauh dari Stasiun Penelitian Cikaniki, hanya sekitar 200 meter. Canopy trail ini memiliki panjang 125 meter dan lebar 0,6 meter pada ketinggian antara 20-25 meter di atas permukaan tanah.
Meski mendebarkan saat berada di atas canopy trail, tetapi pemandangan hutan dari sisi lain cukup untuk membayar semuanya.
10. Loop Trail dan Wisma Tamu Citalahab
Loop Trail atau jalur interpretasi merupakan jalur setapak sepanjang 3,8 km antara Cikanki-Citalahab. Ada dua jalur yang dapat ditempuh, yaitu langsung menuju Citalahab dimana wisma dan home stay berada, serta jalur menuju Perkebunan Teh Nirmala.
Jalur ini cukup aman dan nyaman di tengah hutan tropis, karena ada penunjuk jalan dan naungan sebagai tempat istirahat. Sepanjang jalan pengunjung akan disambut oleh aneka flora dan fauna.
11. Stasiun Penelitian dan Wisma Peneliti Cikaniki
Obyek ini berada di dalam hutan Cikaniki yang selain berfungsi sebagai tempat penelitian, juga digunakan untuk kunjungan ekowisata. Berdampingan dengan Stasiun Penelitian dan wisma yang dapat ditempati menginap oleh pengunjung dengan kapasitas 20 orang.
Masyarakat TN Gunung Halimun Salak
Masyarakat yang tinggal di kawasan taman nasional ini didominasi oleh Suku Sunda, terutama oleh warga Kasepuhan Citorek dan Cicemet. Penduduk sekitar masih sangat berpegang terhadap adat budaya leluhur, hal itu dibuktikan dari berbagai macam upacara adat yang masih dilaksakan pada waktu-waktu tertentu, yaitu:
- Nandur, adalah tradisi adat yang dilakukan saat memasku masa tanam padi
- Meupeuk pare berkah adalah tradisi ketika padi mulai tumbuh dan menghasilkan buah
- Nganyaaran ialah tradisi memasukkan padi ke lumbung setelah panen
- Seren tahun dilaksakan oleh warga Ksepuhan Banten Kidul pada bulan Juli sebagai tanda berakhinya masa bertani
Penduduk Kasepuhan tersebut tinggal di desa Cisungsang, Banten Selatan, Cicarucub dan Bayah. Dalam mengelola hutan mereka juga menerapkan sistem tertentu, yaitu berupa tiga zonasi, yaitu Leuweung Kolot (tidak boleh diganggu), Leuweung Titipan (harus ada perizinan ketua adat), dan Leuweung Biasa (bisa dimanfaatkan).
Sedangkan di bagian barat taman nasional ditinggali oleh warga dari suku Badui dengan gaya hidup tradisional dan minim terpengaruh budaya luar. Ada 44 desa yang menjadi zona penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Salak, serta 4 desa berda di enclave kawasan.
Penduduk atau warga di taman nasional ini tergabung dalam kelompok masyarakat adat sebagai bagian dari masyarakat adat di Indonesia yang jumlah sangat banyak dengan berbagai adat budaya khas setiap wilayah.
Baca Juga : Taman Nasional Bukit Barisan Selatan – Flora Fauna & Wisata