Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung juga biasa disebut TN Babul. Kawasan taman nasional ini membentang dari Kabupaten Maros hingga Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Luas lahan yang dimiliki kurang lebih 43.750 hektar dan menyimpan keanekaragaman hayati yang melimpah.
Ada dua hal yang menjadi ikon utama dari taman nasional ini, yaitu kupu-kupu dan kondisi alam berupa pegunungan karst, batuan, dan puluhan gua. Semua pesona alam inilah yang menjadi daya tarik TN Babul sehingga juga menjadi destinasi wisata yang menarik.
Sejarah TN Babul
Sejarah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (Bantimurung Bulusaraung National Park) dimulai ketika Alfred Russel Wallace melakukan ekspedisi pada tahun 1857. Beberapa tahun setelahnya, ia mempublikasikan The Malay Archipelago yang mengundang berbagai penelitian lanjutan.
Kawasan ini telah ditunjuk sebagai wilayah konservasi sejak era 70-an hingga 80-an. Tahun 1989 Kanwil Dephut Sulawesi Selatan mengusulkannya sebagai taman nasional Hasanuddin. Meskipun begitu, statusnya sebagai calon taman nasional berlangsung cukup lama.
Akhirnya, pada tahun 2004 Menteri Kehutanan mengeluarkan SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kawasan hutan pada Kelompok Hutan Bantimurung-Bulusaraung seluas 43.750 hektar.
Destinasi Wisata TN Babul
Kawasan yang secara resmi menjadi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung pada tahun 2004 ini memang menyimpan begitu banyak kekayaan alam. Salah satu yang paling menonjol adalah penangkaran kupu-kupu.
Tetapi tidak hanya sebatas itu, taman nasional yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang berada di lahan seluas 43 ribu hektar ini juga memiliki berbagai keindahan alam yang menjadikannya sebagai destinasi wisata yang menarik.
Destinasi tersebut sangat beragam mulai dari keindahan flora fauna hingga gua alam dan prasejarah yang jumlahnya lebih dari 80 gua.
1. Kawasan Wisata Bantimurung
Kawasan wisata Bantimurung sebenarnya mengambil nama dari alamat kecamatannya yaitu Bantimurung dan berada di kabupaten Maros. Hal yang paling menonjol dari kawasan ini adalah kupu-kupu, sehingga Alfred Russel Wallace menjulukinya sebagai The Kingdom of Butterfly.
Sebagai wilayah yang menjadi surga bagi kupu-kupu akhirnya di kawasan ini dibuat Taman Penangkaran Kupu-Kupu. Di taman ini pengunjung dapat menikmati berbagai jenis kupu-kupu dari yang masih kepompong hingga beterbangan ke sana ke mari. Penangkaran ini juga sekaligus menjadi tempat pendidikan konservasi.
Selain itu, di kawasan wisata Bantimurung juga dijumpai aliran air terjun yang diapit oleh tebing terjal. Menjelajahi lebih jauh lagi, terdapat danau yang berdekatan dengan gua batu. Di dalam gua tersebut pengunjung disajikan pemandangan berupa stalagtit, stalagmit, dan berbagai keindahan gua yang lain.
2. Pegunungan Bulusaraung
Pegunungan Bulusaraung berada di desa Tompobulu, kecamatan Balocci, kabupaten Pangkep. Destinasi ini mampu memberi terapi pikiran, karena kondisinya yang masih sangat asri dan terawat. Pengunjung juga dapat menginap di rumah warga setempat yang dijadikan sebagai homestay.
Selain itu, penduduk di kawasan ini kerap melakukan berbagai kebiasaan dan upacara tradisional. Jika ingin lebih menguji nyali, pengunjung dapat mendaki puncak gunung Bulusaraung dengan jalur sepanjang 2 kilometer. Di sepanjang perjalanan dapat dijumpai satwa seperti musang, kupu-kupu, tarsius, dan burung.
3. Kawasan Prasejarah Leang-Leang
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung juga memiliki destinasi wisata bersejarah. Destinasi tersebut dikenal sebagai Leang-Leang yang menyimpan sejarah dan budaya peradaban manusia purba.
Beberapa peninggalan bersejarah yang dapat ditemukan di kawasan Leang-Leang adalah lukisan telapak tangan milik manusia purba, lukisan babi rusa, serta berbagai jenis artefak sejarah dan budaya lainnya.
Menjelajahi kawasan ini, mata kita akan disuguhi pemandangan menakjubkan dari gugusan tebing batu yang menjulang. Gugusan tersebut menghasilkan keindahan khas dinding karst. Meskipun begitu pengunjung sebaiknya berhati-hati, karena bebatuan di kawasan ini cukup licin.
4. Gua Leang Puteh
Gua Leang Puteh berada di desa Labuaja, kecamatan Cenrana, kabupaten Maros dan menjadi lokasi paling menguji adrenalin yang berada di TN Babul. Leang Pute merupakan gua vertikal yang masuk ke dalam kategori single pitch terdalam di Indonesia dengan lebar sekitar 50 sampai 80 meter dan kedalaman mencapai 273 meter.
Menyusuri gua ini membutuhkan peralatan standar serta keahlian khusus, karena kondisinya yang sangat menantang. Dasar gua ini bersambung dengan gua Dinosaurus yang berada tidak jauh dari mulut gua Leang Pute sendiri.
5. Wisata Pattunuang
Masih di kabupaten Maros tepatnya desa Samangki, kecamatan Simbang, terdapat destinasi wisata yang sangat menarik terutama bagi pengunjung dengan jiwa petualang. Di kawasan Pattunuang terdapat banyak aktivitas menantang yang dapat dilakukan.
Diantara aktivitas tersebut adalah panjat tebing di dinding kapur yang terjal, menyusuri gua vertikal dan horizontal, menyusuri sungai berbatu, menjelajahi hutan, serta mendaki perbukitan karst yang menjulang. Tidak hanya itu pengunjung juga dapat menikmati sensasi berkemah di alam bebas.
Selain menyuguhkan panorama alam, Pattunuang juga kaya akan flora dan fauna seperti primata endemik Tarsius fuscus, berbagai jenis burung, dan soa-soa. Hal menarik lain dari kawasan ini adalah legenda Biseang Labboro atau perahu terbalik yang telah menjadi batu di tepi sungai Pattunuang.
6. Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta
Kawasan pengamatan satwa Karaenta cocok untuk pengunjung yang mencintai ilmu berpadu dengan pengalaman. Pasalnya kawasan yang berada di desa Labuaja ini disebut-sebut sebagai laboratorium alam karena memadukan antara ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Destinasi Karaenta memiliki beragam jenis flora dan fauna serta keindahan alam yang memanjakan mata. Di kawasan ini pula pengunjung dapat menikmati atraksi kera hitam (Macaca maura) dengan keahlian petugas setempat. Pemandangan semakin diperindah dengan gugusan kayu Eboni yang berwarna hitam.
7. Pemandian Alam Leang Lonrong
Permandian Leang Lonrong yang berada di desa Panaikang, kecamatan Minasatene, kabupaten Pangkep ini merupakan aliran yang berasal dari gua Leang Lonrong. Di sisi pemandian ini terdapat tebing kapur yang sangat menarik. Menjelang sore hari biasanya tarsius mulai berkeliaran di celah-celah batuan karst.
Baca Juga : Taman Nasional Baluran – 8 Destinasi Africa van Java