Mitos Gunung Guntur – Sobat Jelajah, Bagi para pecinta alam apalagi yang hobi mendaki gunung. tentu, tidak asing lagi dengan nama Gunung Guntur. Gunung Guntur yang merupakan salah satu gunung favorit para pendaki ini, berlokasi di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Gunung Guntur, terkenal akan pesona alam yang indah dan tentu saja mampu memompa adrenalin bagi para pendaki, karena memiliki beberapa jalur pendakian yang Cukup menantang.
Kebanyakan jalur pendakian yang ada cukup terjal, membuat gunung ini, tidak direkomendasikan kepada mereka para pendaki pemula, karena bisa sangat berbahaya. Disisi lain, ada kisah horor yang tersimpan, yang membuat gunung ini semakin mengasah mental para pendaki.
4 Mitos Gunung Guntur
Dan Pada Kesempatan Kali ini, Shelter Jelajah akan membahas mitos dan larangannya. Gunung Guntur memang selalu dikaitkan dengan cerita mistis, karena biasanya ada keterkaitan dengan alam lain. Dan apa saja cerita mitos dan Legendanya, simak sampai habis.
Legenda Kerajaan Timanganten
Di Gunung Guntur ada cerita legenda, atau yang sering disebut dengan mitos. Yaitu tentang Kerajaan Timanganten, dimana saat itu kerajaan timanganten dipimpin oleh Sunan yang bernama Rangga Lawe, sunan ranggalawe memiliki saudari yang bernama Maharaja Inten Dewata Namun, saudaranya itu tidak tinggal di istana. Ia tinggal di pelosok desa dengan pelayannya.
Pada suatu ketika, terjadi musim kemarau panjang. Sunan memerintahkan staf dan menteri kerajaan, untuk membuat bendungan atau danau di suatu daerah. Ternyata daerah yang cocok untuk membuat bendungan atau danau itu, adalah di lokasi dimana tempat tinggal Maharaja Inten Dewata.
Sunan pun, meminta izin pada kakaknya itu. Namun, Maharaja tidak memberinya izin, namun karena Sunan terpengaruh oleh hasutan menterinya. Maka ia tetap membangun bendungan itu, meskipun tanpa seizin dari saudaranya.
Hingga, akhirnya air pun mengalir ke desa, tempat di mana maharaja inten dewata tinggal. Karena hal itu membuat Maharaja merasa sedih dan kecewa, akan tingkah laku adiknya tersebut.
Dengan perasaan marah, Maharaja mendatangi Batara Rambut Putih, di Gunung Kecil atau Gunung Putri. Ia meminta dibuatkan sekepal tanah dan wadah air.
Setelah mendapatkannya, Maharaja pun naik ke Gunung Guntur, sambil membawa tanah dan wadah air tersebut. Lalu ia sebarkan air dan tanah tadi dari puncak gunung, tiba-tiba seluruh kawasan kerajaan menjadi gelap dan terdengar letusan gunung yang menghancurkan kerajaan.
Letusan gunung itu, membuat rakyat sunan ranggalawe mengungsi, ke berbagai daerah, seperti Bandung, Cianjur, Karawang dan berbagai tempat lainnya.
Melihat hal itu, Sunan meminta maaf pada Maharaja, sampai ia mencium kakinya Dan tiba-tiba, bencana letusan gunung pun berhenti. Namun, Sunan Rangga Lawe akhirnya tak punya kerajaan lagi, karena kawasan kerajaan sudah tersapu gunung meletus.
Larangan Meniup Suling
Salah satu larangan yang terkenal, yang tidak boleh dilakukan adalah larangan meniup suling. Bahkan, beberapa warga yang tinggal di kaki gunung Guntur khususnya di Kecamatan Tarogong sangat percaya, bahwa siapapun tidak boleh meniup suling di sana.
Menurut mereka, jika ada orang yang meniup suling, maka hal itu, sama saja dengan pemanggilan macan siluman. Yang akan memperlihatkan wujudnya, di hadapan orang tersebut.
Bahkan, tak jarang yang menghubungkan Mitos-mitos itu, dengan ketakutan warga saat terjadi pemberontakan DI atau TII. Banyak, orang tua yang menggunakan mitos itu, supaya anak-anaknya tidak berkeliaran di malam hari.
Padahal mereka hanya takut, karena dulu hampir setiap malam di kawasan itu, ada banyak tentara yang beroperasi, untuk menghancurkan kelompok DI atau TII.
Kakek Kerdil di Gunung Guntur Garut
Meski, hampir di setiap pegunungan di Indonesia, menyimpan kisah horornya masing-masing, namun, bagi para pendaki Gunung Guntur, merupakan kisah berbeda.
Konon, di gunung ini tersimpan banyak kisah horor, yang mampu menggetarkan mental siapa saja. Salah satu kisah horor yang kental adalah mengenai mitos kakek bungkuk penjaga Gunung Guntur.
Kisah dari keberadaan sosok kakek bungkuk atau sering diceritakan kakek kerdil, sangat populer di kalangan para pendaki. Pasalnya, tak sedikit pendaki, yang pernah melihat penampakan dari sosok kakek misterius tersebut.
Penjaga gunung Guntur, yang konon katanya berwujud kakek kerdil ini memang sangat misterius. Selain, keberadaannya yang muncul dan menghilang mendadak. kakek tersebut, juga diyakini memiliki kekuatan yang hebat yang. Ia mampu mengendalikan para demit, di kawasan gunung Guntur.
Biasanya, sosok kakek misterius akan mengikuti, atau bahkan menampakan diri, kepada para pendaki yang memiliki niatan buruk, terhadap kelestarian Gunung Guntur. Jika ada pendaki yang nakal, seperti melakukan maksiat di kawasan Gunung ini atau merusak alam, sosok kakek biasanya akan muncul dan menegur para pendaki.
Cara kakek ini menegur juga berbeda-beda, ada yang tampak dari kejauhan dengan tatapan sinis, ada yang menimpuk salah satu pendaki, bahkan hadir di tengah-tengah para pendaki, dengan seolah-olah ikut menjadi pendaki. Oleh karena itu. banyak masyarakat meyakini, bahwa, setiap orang yang hendak memasuki kawasan Gunung Guntur, mereka harus menjaga perbuatan dan perkataan guna terhindar dari marabahaya.
Maung bungkeuleukan
Selain larangan meniup suling, mitos lainnya adalah penampakan maung bungkeuleukan atau macan gentayangan. Macan itu, disebut muncul jika ada yang meniup suling, kata orang tua mah. Kalau ada, yang niup suling, maung gentayangan sering menampakkan diri katanya, ucap salah satu warga lereng gunung Guntur.
Namun, sejak tahun 2000an, belum ada laporan terkait maung gentayangan atau tiupan suling. Mitos tersebut, tak menyurutkan pesona Gunung Guntur sebagai salah satu obyek wisata.
Namanya juga Mitos Gunung Guntur masih belum pasti kebenaran ceritanya. Namun, Jika sobat ingin mendaki Gunung Guntur ada baiknya untuk selalu berhati-hati. Jangan melakukan hal-hal yang melanggar aturan dan bersikap baiklah pada alam Dan selalu menjaga kelestariannya.
Baca Juga : Mitos dan Misteri Gunung Mujur, Yang Memberi Kemujuran
