Hai Sobat Jelajah! Kita akan menjelajahi keindahan dan sejarah yang tertanam dalam kemegahan Gunung Sunda, sebuah gunung berapi purba yang berdiri megah di wilayah Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Bersama dengan saudaranya, seperti Tangkuban Parahu, Burangrang, dan Bukit Tunggul, Sunda mengisahkan cerita meletusnya pada zaman prasejarah, menciptakan Keajaiban Kaldera Sunda. Mari kita telusuri keunikan dan pesona gunung ini!
Nama yang Mengalir dari Legenda
Dalam jejak sejarah yang tak terlupakan, Gunung Sunda dulunya dikenal sebagai Gunung Chuda. Menurut seorang sepuh berusia sekitar 85 tahun di Arjasari, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, nama ini berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti putih. Diceritakan bahwa puncak gunung selalu tertutup es atau salju, terlihat jelas oleh pengembara dari India. Melalui pelafalan lokal, kata Chuda bertransformasi menjadi Sunda, yang identik dengan masyarakatnya yang memiliki kulit yang cenderung putih.
Letusan Prasejarah yang Menggemparkan
Gunung Sunda tidak hanya menawarkan pemandangan indah, tetapi juga menjadi saksi bisu letusan dahsyat pada zaman prasejarah. Terbentuk sebagai hasil dari penunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia, gunung ini menjadi induk bagi sejumlah gunung berapi di Jawa Barat. Letusan pertamanya terjadi sekitar 500.000 hingga 560.000 tahun yang lalu, membentuk Kaldera Pra-Sunda.
Fase vulkanisme aktif 210.000 – 128.000 tahun yang lalu menciptakan episode letusan dengan lava, diikuti oleh 13 unit letusan besar. Sekitar 105.000 tahun yang lalu, terjadi letusan-letusan yang meruntuhkan tubuh Sunda, membentuk Kaldera Sunda seluas 6,5 x 7,5 km. Fase Ignimbrit mencatatkan lontaran material hingga menutupi kawasan seluas 200 km2, bahkan sebagian mencapai Citarum di selatan Rajamandala.
Jejak Mistis dan Spiritual
Gunung Sunda tidak hanya menarik bagi pengamat alam, tetapi juga memiliki kehadiran mistis yang kental. Beberapa masyarakat setempat mempercayai bahwa gunung ini menyimpan energi spiritual yang kuat. Tempat sakral ini dianggap sebagai titik berkumpulnya kekuatan alam yang tak terlihat oleh mata manusia. Merenung di antara pepohonan dan gemuruh aliran air, mungkin Sobat Jelajah dapat merasakan kehadiran yang lebih besar dari diri sendiri.
Sisa-Sisa Megah Gunung Purba
Meski zaman telah berubah, Gunung Sunda meninggalkan sisa-sisa megahnya. Punggungan bukit di sekitar Situ Lembang dan Gunung Burangrang diyakini sebagai kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba. Sisa lainnya, seperti blok Pulasari, dapat ditemukan di sebelah utara gunung, terutama sebelah timur Sungai Cikapundung hingga Gunung Manglayang. Bukit Putri, yang berada di sebelah timur laut Lembang, juga dianggap sebagai sisa megah Gunung Sunda Purba.
Mari kita teruskan penjelajahan kita, Sobat! Gunung Sunda tidak hanya menjadi pemandangan indah, tetapi juga lembaran sejarah yang mengagumkan di Jawa Barat. Selamat menjelajah!
Baca Juga :
Keagungan Gunung Sunda: Melangkah Lebih Jauh ke Dalam Sejarah dan Alam
Hai Sobat Jelajah, mari kita sambung kisah megah Gunung Sunda, gunung berapi purba yang masih menawarkan misteri dan keajaiban di tengah-tengah Jawa Barat. Setelah merinci tentang letusan dan jejak mistisnya, mari kita lanjutkan perjalanan kita untuk lebih mendalam ke dalam sejarah dan keindahan alam yang dimiliki oleh Gunung Sunda.
Lahir dari Keberanian Bumi
Sunda lahir sebagai hasil dari penunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Dari analisis tefrakronologi, kita dapat merinci empat fase vulkanisme dalam kelompok gunung api Sunda-Tangkuban Parahu, dari tua ke muda: Gunung Pra-Sunda, Sunda, Tangkuban Parahu Tua, hingga Tangkuban Parahu Muda. Gunung ini menjadi induk bagi sejumlah gunung berapi di Jawa Barat.
Letusan pertamanya terjadi sekitar 500.000 hingga 560.000 tahun yang lalu setelah mengalami masa dormansi selama 290.000 tahun, membentuk Kaldera Pra-Sunda. Gunung Sunda muncul 300.000 tahun setelahnya, memulai fase vulkanisme aktif yang menghasilkan episode-episode letusan dengan volume material yang luar biasa.
Letusan Epik dan Pembentukan Kaldera
Pada fase letusan sekitar 105.000 tahun yang lalu, Sunda mengalami perubahan dramatis. Letusan ini meruntuhkan tubuh gunung, membentuk Kaldera Sunda yang megah. Fase Plinian, Freatomagmatik, dan Ignimbrit mencatatkan lontaran material hingga menutupi kawasan seluas 200 km2. Sebagian material bahkan terdampar hingga Citarum di selatan Rajamandala. Ketebalan endapan aliran piroklastik Sunda berkisar dari 4 hingga 180 meter.
Fase Ignimbrit sendiri mencatatkan volume lontaran material hingga 66 km3 dan material yang terdistribusi oleh angin ke seluruh dunia, mencapai total volume material 110 km3. Melalui letusan ini, sebagian besar tubuh Gunung Sunda runtuh, membentuk Kaldera Sunda seluas 6,5 x 7,5 km, dan endapan ignimbrit Manglayang.
Terhubung dengan Danau Raksasa
Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia, menyimpulkan bahwa fase letusan ketiga inilah yang membentuk danau raksasa, Danau Bandung Purba. Letusan yang menguruk Citarum Purba di utara Padalarang menghasilkan danau megah ini, menciptakan lanskap yang kini menjadi bagian integral dari sejarah alam Jawa Barat.
Sisa-Sisa yang Mempesona
Meski zaman telah berubah, sisa-sisa gunung purba ini menambah daya tarik alam Jawa Barat. Punggungan bukit di sekitar Situ Lembang dan Gunung Burangrang menjadi saksi bisu dari kejayaan Sunda Purba. Blok Pulasari di sebelah utara gunung dan Bukit Putri di sebelah timur laut Lembang turut menyisakan keagungan gunung yang kini hanya tinggal sebagai punggungan bukit.
Sobat Jelajah, mari kita teruskan petualangan ini. Sunda mengajak kita menapaki jejak sejarahnya yang begitu kuat dan merasakan keajaiban alamnya yang tak tergoyahkan. Selamat terus menjelajah, Sobat, di bawah bayangan megah Gunung Sunda yang kini menjadi kekayaan alam Jawa Barat!
Baca Juga : Gunung Lemongan Menyingkap Keajaiban Alam