Gunung Penanggungan: Sang Miniatur Mahameru dengan Sejuta Misteri. Halo, Sobat Jelajah! Ada banyak gunung di Indonesia yang menawarkan keindahan dan keajaiban tersendiri. Tapi ada satu gunung yang sering dijuluki sebagai “miniatur Mahameru” karena bentuknya yang serupa dan sejarah panjang yang memikat. Namanya Gunung Penanggungan. Terletak di antara Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan, Jawa Timur, Gunung Penanggungan menyimpan banyak cerita, mulai dari pesona alamnya hingga jejak-jejak peradaban kuno yang tersembunyi di lereng-lerengnya.
Dengan ketinggian 1.653 meter di atas permukaan laut, Gunung Penanggungan memang tidak setinggi gunung-gunung lain di Jawa Timur. Namun, jangan salah, Sobat Jelajah! Gunung ini memiliki daya tarik yang tidak bisa diabaikan. Dari lereng-lerengnya yang dihiasi candi-candi dan petilasan kuno hingga pemandangan matahari terbit yang memukau dari puncaknya, Gunung Penanggungan menawarkan perjalanan yang sarat dengan keindahan dan perenungan mendalam. Yuk, kita telusuri lebih dalam pesona yang tersembunyi di balik mistisnya Gunung Penanggungan!
Jejak Sejarah dan Keajaiban Candi di Lereng Gunung
Gunung Penanggungan bukan sekadar tempat bagi para pendaki untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga merupakan situs arkeologi yang menyimpan banyak peninggalan sejarah. Di lereng-lerengnya, tersebar puluhan candi, arca, dan petirtaan yang berasal dari masa Kerajaan Majapahit dan Singasari. Candi-candi ini bukanlah bangunan besar seperti Borobudur atau Prambanan, melainkan bangunan kecil yang tersembunyi di antara pepohonan dan bebatuan. Namun, justru inilah yang membuatnya menarik, Sobat Jelajah.
Setiap langkah pendakian di Gunung Penanggungan seolah mengajak kita kembali ke masa lalu. Ketika gunung ini di jadikan tempat bersemedi oleh para pertapa dan raja-raja. Sebut saja Candi Jolotundo yang terkenal dengan sumber airnya yang jernih dan diyakini memiliki kekuatan magis. Air dari candi ini di percaya bisa memberikan kesehatan dan keberuntungan, sehingga banyak orang datang untuk membasuh muka atau membawa pulang airnya dalam botol. Ada juga Candi Kendalisodo yang terletak di lereng utara gunung, sebuah tempat yang konon digunakan oleh Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, untuk bertapa dan mencari petunjuk spiritual.
Sobat Jelajah, berjalan di antara candi-candi ini, kamu bisa merasakan bagaimana alam dan sejarah saling bertautan. Gunung Penanggungan seolah menjadi panggung bagi cerita-cerita lama yang tertulis dalam setiap batu candi dan relief yang ada. Suara angin yang berhembus pelan di antara pepohonan pinus seolah membawa bisikan dari masa lalu, mengingatkan kita bahwa setiap langkah di gunung ini adalah sebuah perjalanan menembus ruang dan waktu.
Pendakian Menuju Puncak Pawitra: Tantangan dan Keindahan yang Menunggu
Meskipun Gunung Penanggungan tidak terlalu tinggi, pendakiannya tetap menantang dan penuh kejutan. Ada beberapa jalur yang bisa Sobat Jelajah pilih, namun jalur Jolotundo dan Tamiajeng adalah yang paling populer. Keduanya menawarkan medan yang cukup terjal, dengan tanjakan-tanjakan curam yang akan menguji stamina dan ketangguhanmu. Namun, jangan khawatir, Sobat Jelajah. Setiap tetes keringat yang keluar akan terbayar lunas dengan pemandangan indah yang menantimu di setiap titik perhentian.
Jalur Tamiajeng adalah yang paling sering digunakan oleh pendaki pemula. Dari pos perijinan, jalur ini menawarkan perjalanan melintasi ladang penduduk dan kebun kopi yang hijau, sebelum memasuki kawasan hutan pinus yang sejuk dan teduh. Sepanjang perjalanan, Sobat Jelajah akan di suguhi pemandangan sawah terasering yang menghijau di kejauhan, dengan latar belakang Gunung Arjuno dan Welirang yang tampak samar di balik kabut tipis.
Sementara itu, jalur Jolotundo lebih cocok bagi mereka yang ingin merasakan petualangan yang lebih menantang. Dari sini, pendakian di mulai dengan menyeberangi sungai kecil dan melewati Candi Jolotundo yang mistis, sebelum akhirnya memasuki hutan bambu yang lebat. Jalur ini di kenal dengan tanjakan berbatu yang curam dan akar-akar pohon yang mencuat, seakan-akan ingin menghalangi langkahmu. Tapi justru di sinilah letak sensasinya, Sobat Jelajah! Setiap langkah yang kamu ambil seolah membawa lebih dekat ke puncak dan semakin dekat pula dengan sejarah yang tersimpan di setiap jengkal tanahnya.
Setelah menempuh pendakian yang melelahkan, akhirnya Sobat Jelajah akan tiba di Puncak Pawitra, titik tertinggi di Gunung Penanggungan. Dari sini, pandangan mata bisa menjangkau sejauh cakrawala. Jika beruntung, saat cuaca cerah, Sobat Jelajah bisa melihat deretan gunung-gunung lain yang menjulang, seperti Gunung Arjuno, Welirang, dan Semeru. Matahari terbit dari Puncak Pawitra adalah salah satu momen terbaik yang tak boleh di lewatkan. Cahaya pagi yang memancar perlahan di atas awan, menciptakan gradasi warna oranye dan merah muda yang memikat, seolah mengucapkan selamat pagi dengan penuh kehangatan.
Misteri Gunung Penanggungan: Antara Mitos dan Fakta
Gunung Penanggungan memang di kenal bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena aura mistis yang melekat padanya. Ada banyak cerita yang berkembang di kalangan pendaki dan masyarakat setempat tentang gunung ini. Beberapa percaya bahwa Penanggungan adalah puncak Mahameru yang di pindahkan ke Jawa oleh para dewa. Inilah sebabnya gunung ini sering di sebut sebagai miniatur Mahameru, dengan puncaknya yang tumpul dan bentuknya yang menyerupai piramida.
Tidak hanya itu, Sobat Jelajah, ada juga cerita tentang Eyang Sakti dan Dewi Kilisuci, dua sosok yang diyakini bersemayam di gunung ini. Eyang Sakti di anggap sebagai penjaga spiritual Gunung Penanggungan. Sementara Dewi Kilisuci adalah putri dari Prabu Airlangga yang konon menjadi pertapa di sini. Banyak pendaki yang merasa mengalami kejadian-kejadian aneh selama perjalanan, seperti mendengar suara gamelan di tengah malam atau melihat bayangan putih yang melintas cepat di antara pepohonan.
Namun, di balik semua cerita mistis ini, Gunung ini tetap menyimpan pesona yang sulit di abaikan. Setiap legenda dan mitos yang beredar justru menambah daya tarik gunung ini sebagai tempat yang layak untuk dijelajahi. Dengan segala misterinya, Penanggungan mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan menghormati alam semesta yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Tips dan Persiapan Mendaki Gunung Penanggungan
Sebelum berangkat, ada beberapa hal yang perlu Sobat Jelajah persiapkan agar perjalananmu ke Gunung Penanggungan menjadi pengalaman yang tak terlupakan:
- Siapkan Fisik dengan Baik: Pendakian ke Penanggungan mungkin terlihat mudah, tapi jangan meremehkan tanjakannya yang curam. Lakukan latihan fisik seperti jogging atau hiking ringan sebelum mendaki.
- Bawa Perlengkapan yang Tepat: Gunakan sepatu gunung yang nyaman dan anti-slip, serta bawa pakaian hangat karena suhu di puncak bisa sangat dingin, terutama menjelang subuh. Jangan lupa membawa senter atau headlamp jika berencana mendaki di malam hari.
- Perbekalan yang Memadai: Bawa cukup air minum dan makanan ringan yang bisa memberikan energi. Ingat, tidak ada warung di sepanjang jalur pendakian!
- Hormati Alam dan Situs Bersejarah: Selalu jaga kebersihan dan jangan merusak situs-situs candi atau petilasan yang ada di sepanjang jalur. Ingatlah bahwa setiap batu dan arca memiliki nilai sejarah yang sangat penting.
- Patuhi Aturan Setempat: Ikuti semua petunjuk dari petugas pos pendakian dan patuhi aturan-aturan yang ada. Jangan mengambil apapun dari gunung ini, termasuk batu atau bunga, sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur.
Mengapa Gunung Penanggungan Layak Di kunjungi?
Gunung Penanggungan menawarkan pengalaman mendaki yang tidak hanya menguji fisik, tetapi juga mengisi jiwa. Dari keindahan alam yang memesona hingga jejak-jejak sejarah yang tersebar di lereng-lerengnya, Penanggungan mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang kehidupan, keberadaan, dan sejarah. Ini adalah gunung yang menggabungkan petualangan dan perenungan, keindahan dan kekaguman, serta misteri dan kenyataan dalam satu paket perjalanan yang lengkap.
Baca Juga : Gunung Penanjakan: Surga Bromo Tersembunyi