Pendakian Gunung Lawu via Singolangu – Gunung Lawu terkenal dengan pemandangan sabana yang sangat indah dan warung yang berada di puncak yang sering pendaki kenal dengan warung mbok Yem. Selain keindahan sabana dan warung Mbok Yem ketika kita naik via Singolangu kita juga bisa melihat prasasti peninggalan Prabu Brawijaya. Sobat jelajah, Pada kesempatan kali ini Shelter Jelajah akan membahas jalur Singolangu sekaligus estimasi Pendakian Gunung Lawu Via Singolangu.
Jalur Singolangu merupakan salah satu jalur peziarahan yang paling tua. Menurut informasi jalur ini diyakini sebagai jalan spiritual dari Raja Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir). Tidak mengherankan bila di sepanjang jalur terdapat banyak petilasan, yang masing-masing memiliki kisah dengan kearifan lokal yang menyertainya. Keunggulan mendaki gunung lawu via Singolangu yakni kita bisa melihat prasasti Prabu Brawijaya.
Informasi Pendakian Singolangu
Nah untuk sampai basecamp Gunung Lawu via Singolangu sahabat bisa menempuh dari Jawa barat menggunakan kereta jurusan Jakarta – Magetan. Sesampainya di stasiun barat Magetan sahabat naik ojek ke terminal magetan. Jika sahabat naik bus bisa mencari jurusan terminal magetan dari terminal menuju Sarangan tempuh dari pusat kota ke Singo Langu kurang lebih 30 menit. kalo naik angkot patokannya adalah Taman Sarangan sebelum masuk wisata telaga sarangan turun disini saja nanti kita bisa lanjut menuju desa singolangu hanya berjalan kurang lebih 1 km.
Bila sahabat dari timur seperti Surabaya, Malang, Kediri dan Madiun bisa naik kereta menuju Magetan turun di stasiun barat, setelah turun stasiun barat sahabat naik ojek ke terminal magetan. Jika sahabat naik bus bisa mencari jurusan terminal magetan dari terminal menuju Sarangan tempuh dari pusat kota ke Singo Langu kurang lebih 30 menit. kalo naik angkot patokannya adalah Taman Sarangan sebelum masuk wisata telaga sarangan turun disini saja nanti kita bisa lanjut menuju desa singolangu hanya berjalan kurang lebih 1 km.
Estimasi Pendakian Gunung Lawu Via Singolangu
1. Basecamp – Pos 1 Kerun – Kerun
Perjalanan dari basecamp menuju Pos 1 diawali melewati gerbang pendakian, gerbang pendakian tidaklah jauh dari basecamp. Usai melewati gerbang pendakian, jalan besar berupa batu yang tertata. Lurus melewati perkebunan yang bersanding dengan mata air yang di bawahnya ada kolam ikan. Sekitar seratus meter meninggalkan gerbang, jalur pendakian masih tetap lebar dengan pemandangan sekitar terdapat perkebunan bambu yang begitu rindang yang membuat suasana sejuk. Ujung dari perkebunan bambu ini menggiring untuk bertemu dengan pertigaan pertama, arah jalur harus memilih yang kanan. Berjalan terus lurus melewati jembatan pendek, lalu bertemu dengan pertigaan kedua, harus memilih kiri.
Dari pertigaan kedua ini lah, jalur mulai menanjak. Medan setapak yang menanjak landai tidak begitu terasa karena kita di bawah lebat hutan pinus. Jalur antara base camp – pos satu banyak sekali percabangan. Banyak setapak yang akrab digunakan warga mungkin sebagai jalur mencari kayu bakar atau ke lading warga. Kendati banyak persimpangan, tidak perlu khawatir, karena pihak basecamp telah membuatkan papan petunjuk yang mudah dilihat dan tentu terpercaya.
Sebelum sampai pos satu kita akan melewati bumi perkemahan “Kiteran Camp Ground”. Terlihat bahwa tempatnya sudah ditata sedemikian bagusnya. Sehingga bila mendirikan tenda maka akan berlantai datar. Sudah ada toilet permanen. Bumi perkemahan ini menawarkan pemandangan yang indah perkebunan di sekitar Telaga Sarangan juga keindahan kota Magetan.
Setelah melewati bumi perkemahan sampailah ke Pos satu merupakan sebuah area yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Bisa sampai lima tenda. Selternya juga cukup besar. Perjalanan basecamp menuju pos satu memakan waktu kurang lebih 60 menit.
2. Pos 1 – Pos 2 Banyu Urip
Selepas pos satu, medan pendakian masih sama, yaitu landai. Di dalam hutan ada banyak jenis tanaman, pepohonan dan tumbuhan. Disini kita akan menyeberangi sungai kecil sungai kecil ini jika musim kemarau tidak ada airnya jika musim hujan tiba sungai ini ada airnya. Jalur singolangu hutan menurut saya sangat lebat Seolah sinar matahari tidak mampu menembus celah dedaunan dan pepohonan.
Setelah menyeberangi jembatan, keadaan setapak masih sama, hutan lebat, padat dan rindang, serta landai. Setelah melewati jembatan, kita akan bertemu dengan salah satu Petilasan Prabu Brawijaya V berupa batu (Batu Lapak) yang saat ini masih dipakai untuk ritual-spiritual. Medan jalur masih datar. Kemudian akan bertemu tanjakan yang lumayan tajam. Ada beberapa alternatif jalur (lama dan baru). Jalur baru cenderung dibuat landai, berkelok dan panjang. Sedangkan jalur lama, sempit dan terjal-menanjak. Selepas jembatan hampir tidak ada persimpangan jalan. Kalaupun ada, itu hanya persimpangan jalur lama dan baru, yang akan bertemu pada titik yang sama.
Sesampai nya di pos dua ini terdapat selter yang cukup besar. Dari pos ini juga merupakan satu-satunya pos yang bisa untuk mengambil air (selain di Sendang Drajat). Walau harus turun sekitar 150 meter. Di pos dua ini terdapat beberapa titik untuk mendirikan tenda. Bila ditotal bisa memuat sekitar tujuh tenda. Perjalanan dari pos satu menuju pos dua membutuhkan waktu 60 menit.
3. Pos 2 – Pos 3 Hutan Cemara
Perjalanan dari pos dua ke pos tiga, ada dua alternatif jalur. Bila langsung melewati punggungan bukit dan setapaknya kecil bahkan cenderung tidak terlihat, itu adalah jalur lama. Jalur ini akan bertemu di beberapa titik dengan jalur baru yang lebih lebar dan landai. Jalur ini akan kembali utuh semenjak bertemu dengan petilasan. Terlihat petilasan ini sepintas mirip tugu batu atau lingga.
Perjalanan dari pos dua menuju pos tiga ini, kondisi hutannya kian rapat dan sangat rimbun. Betul-betul merasakan sensasi hutan belantara. Mulai dari pos dua tanjakan demi tanjakan terus berganti variasi kemiringannya. Ada yang curam tetapi ada juga yang landai. Kita akan melewati Cemoro Lawang. Sebuah pohon cemara kembar. Pohon yang cukup besar dengan suasana mistis yang sangat kuat. Usai melewati gerbang cemara, jalur mulai landai hingga bertemu dengan jalur yang bercabang, bertuliskan Jalur Brawijaya.
Baca Juga : Jalur Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho
Sesampainya pos tiga, postiga ini merupakan hutan cemara memiliki selter yang lebih kecil dari pos-pos sebelumnya. Di sekitaran pos medannya cukup landai dan sudah disiapkan sebagai camping ground. Ada beberapa tempat yang disiapkan untuk mendirikan tenda atau selter secara aman dan nyaman. Dari pos ini views area bawah juga sudah terlihat sangat bagus dan indah. Walaupun pendakian hanya sampai di pos ini, tidak usah kecewa. Karena dari tempat ini sudah mampu untuk menikmati keindahan Negeri Atas Awan. Perjalanan dari pos dua ke pos tiga membutuhkan waktu 90 menit
4. Pos 3 – Pos 4 Taman Edelweis
Meninggalkan pos tiga jalur semakin terjal. Jalur ini kalian harus menyiapkan fisik dan mental dikarenakan tanjakan tidak ada ampun. Bahkan di titik awal tanjakan penggik sudah diberi peringatan, Apabila ragu-ragu lebih baik kembali. Sedangkan di sisi lain juga di plakat yang sama, memberi peringatan dengan nada bercanda, Gunakan gigi satu!
Tidak perlu terlalu merisaukan tanjakan karena musim kemarau di jalur ini merupakan surga. Sepanjang jalur dihiasi bunga edelweiss. Aromanya yang begitu harum mampu membangkitkan gelora jiwa untuk terus berkobar. Maka tidak mengherankan bila Pos empat diberi nama Taman Edelweis. Menjelang sampai di pos empat, tanjakan mulai melandai. jalur juga tidak lagi berada di punggungan bukit yang kanan-kirinya berupa jurang.
Pos empat ini berupa sebidang tanah datar yang dapat menampung sekitar lima tenda. Di sekitar pos empat ini tanaman edelweis seolah-olah memang dirancang semesta untuk menemani para pendaki. Aromanya bikin betah. Perjalanan dari pos tiga ke pos empat membutuhkan waktu 120 menit
5. Pos 4 – Pos 5 Cokro Peninggalan
Pos empat menuju pos lima jalur mulai bersahabat. cukup variatif, ada tanjakan yang tidak begitu tajam, ada pula medan datar. Jalur ini juga menyuguhkan panorama yang beragam. Ada bukit ilalang suatu tempat yang melandai penuh dengan rerumputan, seperti sabana tetapi tidak begitu luas. Juga akan melewati bukit family, sebidang tanah datar yang dipenuhi rerumputan hijau. Sangat cocok buat mendirikan tenda. Dari lokasi ini, pemandangan lepas ke penjuru bawah telah dapat dinikmati.
Gugusan bangunan rumah-rumah terlihat di kejauhan, menandakan bila malam hari dan cuaca cerah pasti akan menjadi pemandangan yang indah kita bisa melihat lampu-lampu kota sedangkan di atas cakrawala membentang berjuta bintang menemani ketika malam hari yang cerah. Setelah melewati jalur tanjakan penggik kita akan sampai di pos lima, papan bertuliskan pos lima cokro peninggalan. Perjalanan dari pos empat ke pos lima membutuhkan waktu 45 menit
6. Pos 5 – Sendang Drajat
Perjalanan pos lima menuju sendang drajat jalur perjalanan dengan medan menanjak tidak terlalu tajam perjalanan sampai sendang drajat membutuhkan waktu 45 menit.
Sendang Drajat sendiri adalah tempat datar yang cukup luas sehingga banyak pendaki yang mendirikan tenda di sini, beristirahat, menyiapkan tenaga untuk melakukan summit attack, memburu sunrise, di pagi hari keesokannya. Bisa dibilang bahwa Sendang Drajat adalah tempat paling ideal untuk bermalam.
Selain menyediakan area untuk mendirikan tenda yang cukup luas, di sini pun sahabat bisa menemukan sumber air. Banyak sekali pendaki yang menyarankan untuk memanfaatkan sumber air itu untuk memenuhi kebutuhan air. Namun, sebagian lagi melarangnya, karena sumber air yang berada di Sendang Drajat dipercaya sebagai tempat keramat.
7. Sendang Drajat – Hargo Dumilah
Selepas beristirahat di Sendang Derajat, ada dua pilihan yang bisa sahabat tentukan, yakni menuju puncak Hargo Dalem atau langsung menuju puncak tertinggi gunung Lawu, puncak Hargo Dumilah.
Apabila sahabat memilih puncak Hargo Dalem, Dari Sendang Drajat menuju Hargo Dumilah membutuhkan waktu sekitar 30 menit, sobat jelajah harus melingkari bawah puncak terlebih dahulu. Bila ingin langsung ke puncak Hargo Dumilah, kalian akan melewati jalur yang bukan berupa bebatuan lagi, melainkan tanah. Track menuju Hargo Dumilah cukup menguras tenaga dan menguji mental, kita akan dipaksa merangkak hingga puncak terlihat.
Ada banyak hal yang bisa kita nikmati ketika mencapai puncak Lawu, yaitu menikmati terbitnya matahari dari atas ketinggian gunung merupakan moment terindah yang wajib kita abadikan prosesnya, menikmati kopi di ketinggian bisa menjadi salah satu teman baik menikmati keindahan alam semesta.
Nah sobat jelajah itulah ulasan tentang jalur pendakian gunung Lawu via Singolangu. lengkap dengan informasi transportasi menuju basecamp, estimasi pendakian Gunung Lawu via Singolangu. Semoga bermanfaat dan selalu jaga kebersihan.