Gunung Kumbang (Sunda: ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮊᮥᮙ᮪ᮘᮀ) merupakan sebuah gunung yang menarik perhatian di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Terletak di jajaran Pegunungan Pojoktiga-Lio, Gunung Kumbang menjadi salah satu titik tertinggi di daerah tersebut. Secara administratif, gunung ini berada di perbatasan antara Kecamatan Ketanggungan dan Kecamatan Salem di Kabupaten Brebes.
Ketinggian dan Puncak-puncak Sekitarnya
Gunung Kumbang memiliki ketinggian mencapai 1.211 meter di atas permukaan air laut (Mdpl), menjadikannya sebagai salah satu gunung yang cukup tinggi di wilayah tersebut. Di sekitarnya, terdapat pula beberapa puncak lain yang menawarkan panorama alam yang menakjubkan, seperti Puncak Sagara (1.109 Mdpl), Puncak Jojoktelu (1.129 Mdpl), dan Puncak Payung (845 Mdpl).
Sungai-sungai yang Berhulu di Gunung Kumbang
Gunung Kumbang juga menjadi sumber dari berbagai sungai yang penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. Beberapa sungai yang berhulu di gunung ini antara lain Sungai Cibentar, Sungai Cikumbang, Sungai Cibatu, Sungai Cikamuning, Sungai Cirambeng, dan Sungai Ciseureuh. Sungai-sungai ini tidak hanya memberikan pasokan air bagi pertanian dan kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam sekitar Gunung Kumbang.
Potensi Wisata dan Keindahan Alam
Keindahan alam yang di tawarkan oleh Gunung Kumbang dan sekitarnya menjadikannya sebagai destinasi wisata yang menarik bagi para pecinta alam dan petualang. Dengan pemandangan yang menakjubkan, jalur pendakian yang menantang, dan sungai-sungai yang mengalir jernih, Gunung Kumbang menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang berkunjung ke sana.
Dengan potensi wisata alam yang di milikinya, Gunung Kumbang menjadi salah satu aset berharga bagi Provinsi Jawa Tengah. Penting bagi pemerintah setempat dan masyarakat sekitar untuk menjaga kelestarian alam gunung ini agar dapat di nikmati oleh generasi-generasi mendatang. Ayo, jelajahi keindahan Gunung Kumbang dan nikmati pesonanya yang memukau!
Mitos dan Tradisi Mistis Dayeuh Lemah Keputihan
Dayeuh Lemah Keputihan, sebuah tempat yang kaya akan mitos dan tradisi mistis, menawarkan kekayaan budaya dan spiritual yang mendalam. Terletak di puncak Gunung Sagara, tempat ini di anggap sebagai tanah suci tempat tinggal para dewa dan dewi. Kehadirannya sangat di sakralkan oleh warga Jalawastu, sehingga ada pantangan untuk tidak berkata kotor di sana.
Mitos dan Sejarah
Menurut sejarah, mitos Dayeuh Lemah Keputihan telah ada sejak zaman Hindu, saat Raga Wijaya bertapa di Gunung Sagara atau Kumbang. Perjalanan menuju tempat ini membutuhkan perjalanan panjang sekitar 6 jam dari Kampung Jalawastu. Meskipun zaman telah berubah, namun hingga kini masih ada yang melakukan perjalanan untuk melakukan pertapaan di Gedong Sirap untuk mendapatkan ilmu tambahan.
Ritual dan Tradisi
Salah satu ritual yang di lakukan di Dayeuh Lemah Keputihan adalah ritual Ngasa. Yang di lakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan YME (Batara Windu Buana) atas segala nikmat yang di berikan. Ritual ini di gelar setahun sekali pada Selasa Kliwon mangsa kasanga/sembilan dalam kalender Jawa. Selama ritual ini, peserta menikmati perjamuan makan tanpa nasi dan lauk-pauk, dengan makanan yang di sajikan menggunakan piring enamel, plastik, atau dedaunan, mengikuti tradisi nenek moyang.
Perang Centong
Tradisi Perang Centong merupakan permainan yang menggambarkan akulturasi antara keyakinan lama (Gandasari) dan keyakinan baru (Gandawangi) di Jalawastu. Permainan ini menggunakan senjata berupa sendok nasi dari kayu, yang melambangkan kedua keyakinan tersebut. Meskipun Gandawangi menang dalam perang ini, namun tetap menjunjung nilai-nilai dan keyakinan lama.
Permainan Tradisional dan Ritual Lainnya
Selain itu, terdapat permainan tradisional Rotan Edan atau Heo Gelo, yang melibatkan kekuatan spiritual dan solidaritas antar warga. Permainan ini bukan hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai latihan fisik dan mental. Selain itu, terdapat pula ritual Tundan untuk mengusir hama tikus dari tanaman, serta ritual Minta Hujan yang di lakukan di Curug Rambukasang, menunjukkan hubungan erat antara manusia dan alam di Dayeuh Lemah Keputihan.
Dayeuh Lemah Keputihan bukan hanya sekadar tempat fisik, tetapi juga merupakan warisan budaya dan spiritual yang kaya. Dengan mitos dan tradisi yang masih di jaga dengan baik oleh masyarakat Jalawastu. Tempat ini menjadi titik penting dalam memahami kekayaan budaya dan spiritual Jawa.
Baca Juga : Gunung Lanang: Menyibak Tabir Kesunyian di Balik Kabut