Gunung Kawi, sebuah gunung berapi yang telah lama tidak aktif, terletak di sebelah barat daya Kabupaten Malang, berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Meskipun tidak memiliki catatan sejarah letusan yang mencolok, Kawi dikenal karena menjadi tempat ziarah Pesarean Gunung Kawi.
Keunikan Gunung Kawi
Salah satu ciri khas Gunung Kawi adalah sebutannya sebagai “Gunung Putri Tidur.” Jika dipandang dari arah Kota Malang di sebelah timur atau dari Kota Kesamben, Wlingi Blitar di sisi barat, gunung ini terlihat seperti wanita yang sedang tidur. Kesan ini lengkap dengan kepala yang berada di sebelah selatan, dada, dan kaki yang menjuntai ke arah utara.
Banyak yang keliru dengan menyebutnya Gunung Butak, padahal sebenarnya Gunung Butak adalah puncak tertinggi dari Gunung ini dengan ketinggian 2880 meter di atas permukaan laut (mDpl.). Kawi menawarkan pemandangan pegunungan yang indah, serta panorama perkotaan yang menarik, mulai dari Kota Batu di sebelah utara, Kota Malang hingga Kepanjen di sebelah timur. Sementara di sebelah selatan, terdapat pemandangan asri Waduk Karangkates (Bendungan Sutami), dan di sisi barat, Kota Wlingi Blitar dapat terlihat dengan latar perkebunan teh Sirahkencong yang menawan.
Jalur Pendakian
Gunung Kawi dapat dinikmati melalui beberapa jalur pendakian yang menawarkan keindahan alamnya:
- Jalur Panderman, Kota Batu: Menawarkan pemandangan yang luar biasa sepanjang perjalanan.
- Jalur Mrinci, Kota Batu: Memberikan pengalaman pendakian yang menantang.
- Jalur Precet, Wagir, Kabupaten Malang: Menawarkan keindahan alam yang alami dan sejuk.
- Jalur Kucur, Dau, Kabupaten Malang: Memberikan petualangan melalui hutan yang rimbun.
- Jalur Kraton Kawi: Memberikan akses langsung ke Pesarean Gunung Kawi.
- Jalur Kebun Teh Sirah Kencong, Wlingi Blitar: Menawarkan panorama perkebunan teh yang memukau.
Keberagaman Pesona Gunung Kawi
Gunung Kawi juga memiliki mata air yang terletak di bawah puncaknya, tepatnya di area Camping Ground Sabana Kawi. Keberagaman pesonanya membuat setiap jalur pendakian menjadi pengalaman yang berbeda, dari hutan yang rimbun hingga pemandangan perkotaan yang menakjubkan.
Dengan keindahan alamnya yang memukau dan keberagaman jalur pendakiannya, Gunung ini menjadi destinasi yang menarik untuk para pendaki dan pecinta alam. Bagi mereka yang mencari petualangan dan ketenangan, Kawi menawarkan pengalaman wisata yang tak terlupakan di Jawa Timur. Selamat menjelajahi kecantikan Gunung ini!
Misteri Gunung Kawi
Gunung Kawi, yang terletak di sebelah barat daya Kabupaten Malang dan berbatasan dengan Kabupaten Blitar, tidak hanya terkenal dengan kearifan lokal, nilai-nilai budaya, dan keindahan alamnya, tetapi juga terkait dengan misteri pesugihan yang menyelubungi kisahnya.
Gunung berapi yang sudah tidak aktif ini menjadi tempat untuk kegiatan spiritual dan pemujaan, menciptakan aura keagungan dan mistis. Konon, aktivitas ritual seringkali dilakukan pada Jumat Legi, sebuah hari yang diyakini sebagai hari pemakaman Eyang Jugo, dan setiap 12 Suro diperingati sebagai wafatnya Eyang Sujo.
Ritual pesugihan di Gunung Kawi disebut-sebut dilakukan dengan cara sederhana. Para peziarah diwajibkan melakukan tapabrata selama tiga hari di bawah pohon keramat, yang disebut sebagai pohon dewandaru. Sebelum melaksanakan ritual, mereka harus menjalani mandi suci yang dipimpin oleh juru kunci di tempat tersebut.
Saat penyucian berlangsung, pelaku pesugihan diwajibkan melakukan kontrak mati dengan penguasa gaib Kawi. Bagian mengerikan dari ritual ini adalah tuntutan untuk memberikan tumbal nyawa setiap tahunnya sebagai bentuk pertukaran untuk kekayaan yang diharapkan. Lebih mengerikan lagi, tumbal yang diminta harus berasal dari kerabat yang masih memiliki hubungan darah.
Setelah merampungkan ritual, daun pohon dewandaru akan jatuh, dan pelaku pesugihan harus menyimpan daun itu seumur hidup. Menurut mitos, daun dewandaru dianggap memiliki kekuatan untuk memberikan rezeki dan uang gaib setiap hari.
Pohon dewandaru ini berdiri di depan bangunan makam Eyang Jugo dan Eyang Sujono. Sekitar 30 menit berjalan dari makam, terdapat sebuah keraton yang dulunya milik Prabu Sri Kameswara, seorang pangeran dari Kerajaan Kediri yang beragama Hindu. Tempat ini, yang kini dikenal sebagai Petilasan Prabu Sri Kameswara, digunakan sebagai tempat pemujaan dan praktik pesugihan.
Di Gunung Kawi, terdapat juga Rumah Padepokan Eyang Jugo, yang memiliki koneksi dengan pesugihan Gunung Kawi. Di dalamnya, tersimpan berbagai peninggalan yang dikeramatkan, termasuk bantal dan guling berbahan batang pohon kelapa serta tombak pusaka semasa perang Diponegoro.
Selain itu, kawasan pesugihan Gunung Kawi juga menyimpan kendi berisi air bertuah yang diyakini mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai tetesan dari sumur zam-zam.
Meski sering dikaitkan dengan ritual pesugihan, Gunung Kawi tetap memiliki kearifan lokal dan nilai kebudayaan yang patut dihargai. Pesona alamnya yang menakjubkan menarik banyak pendaki untuk mengeksplorasi keindahan alam yang menawan. Sehingga, di balik misteri pesugihan, Kawi tetap menjadi destinasi yang menggabungkan kecantikan alam dan kekayaan kultural.
Baca Juga : Gunung Gambir Keindahan Alam Asri di Jember