Gunung Gumitir, terletak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, menjadi destinasi menarik di Provinsi Jawa Timur. Lebih tepatnya, gunung ini terletak di antara kecamatan Silo dan kecamatan Kalibaru.
Jalur Penghubung Strategis dari Zaman Dulu
Sejak zaman dulu, jalan raya di Gunung Gumitir telah menjadi jalur penghubung terpendek antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Keberadaan gunung ini dipilih sebagai jalur penghubung karena memiliki ketinggian paling rendah di antara deretan pegunungan lainnya, mulai dari Gunung Raung di utara hingga Gunung Kidul di selatan.
Etimologi: Gumitir, Gemitir, Kumitir, atau Kemitir?
Nama “Gumitir” memiliki variasi ejaan seperti “gemitir,” “kumitir,” atau “kemitir.” Sebagai tambahan, “gumitir” juga merujuk pada tanaman Tagetes erecta yang memiliki bunga berwarna kekuningan. Di Bali, bunga gumitir sering digunakan untuk membuat sesajen (canang sari). Menariknya, dalam kepercayaan Jawa kuno, alang-alang kumitir merupakan nama kahyangan dari Sang Hyang Wenang.
Perjalanan Menelusuri Ketinggian dan Kecantikan Alam
Gunung Gumitir bukan hanya jalur penghubung yang strategis, tetapi juga destinasi yang mengundang untuk dijelajahi. Perjalanan melintasi gunung ini memberikan pengalaman menelusuri ketinggian dan kecantikan alam yang memukau.
Tautan Antara Alam dan Mitologi Jawa Kuno
Keberadaan gunung ini tidak hanya terkait dengan geografi fisik, tetapi juga memiliki tautan dengan mitologi Jawa kuno. Alang-alang kumitir sebagai nama kahyangan menambah nuansa mistis yang melingkupi Gumitir.
Keindahan dan Keunikan Gunung Gumitir Menanti Penjelajah
Bagi para penjelajah alam, Gumitir menawarkan keindahan lanskap yang memukau. Dari jalur penghubung strategis hingga pemandangan alam yang menyejukkan, setiap langkah di gunung ini adalah sebuah petualangan.
Teruslah Menelusuri Keajaiban di Tanah Jawa Timur
Gunung Gumitir tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan zaman, tetapi juga pembuka pintu bagi mereka yang ingin menelusuri keajaiban alam dan kepercayaan mistis di tanah Jawa Timur. Setiap puncak gunung adalah bukti keindahan dan kekuatan alam yang memikat hati para penjelajah. Selamat menjelajahi Gunung Gumitir dan temukan keajaiban di setiap langkah!
Baca Juga :
Sejarah, Legenda, dan Kondisi Unik Gunung Gumitir di Jawa Timur
Legenda Damar Wulan dan Asal Usul Nama Gumitir
Menyelusuri legenda yang berkembang di kalangan masyarakat Banyuwangi, Gunung Gumitir dikaitkan dengan kisah Damar Wulan. Legenda menyebutkan bahwa nama “Gumitir” berasal dari cerita Damar Wulan yang dipermainkan oleh Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih Logender. Keduanya berhasil merampas kepala Menak Jinggo, menambah nuansa mistis dalam sejarah gunung ini.
Masa Kolonial: Lintasan Kereta Api dan Pabrik Pengolahan Kopi
Pada masa kolonial Belanda, Gunung Gumitir menjadi fokus perhatian dengan pembangunan lintasan kereta api oleh Staatsspoorwegen pada tahun 1902. Tak hanya itu, pabrik pengolahan kopi Goenoeng Goemitir resmi diresmikan pada 1934, menandai jejak sejarah ekonomi di kaki gunung ini.
Masa Penjajahan Jepang: Gua Pengawas Jalur Kereta Api
Selama masa penjajahan Jepang, serdadu Dai Nippon membangun sebuah gua di Gunung Gumitir untuk mengawasi jalur kereta api yang melintasinya. Gua Jepang ini, terletak sekitar 100 meter dari Watu Gudang, menambahkan unsur sejarah perang di kawasan gunung ini.
Masa Kemerdekaan: Perum Perhutani dan PTPN XII
Seiring dengan kemerdekaan, wilayah Gunung Gumitir dilindungi dan dikelola oleh Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat dan PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) unit Kebun Gumitir. KPH Banyuwangi Barat fokus pada jati, pinus, dan mahoni, sementara PTPN XII berperan dalam kopirobusta, pohon jarak, dan kayu-kayuan.
Jalur Transportasi: Jalan Raya Berbahaya dan Jalur Kereta Api
Gunung Gumitir menjadi jalur penghubung vital antara Jember dan Banyuwangi, baik melalui jalan raya maupun jalur kereta api. Jalan raya yang berkelok-kelok memiliki tantangan sendiri, dengan tikungan tajam, lereng curam, dan lebar jalan yang sempit.
Tantangan dan Keunikan: Awe-Awe dan Bahaya Tanah Longsor
Kondisi jalan yang berbahaya memunculkan praktik lokal “awe-awe” atau penunjuk jalan yang awalnya membantu pengguna jalan, namun seiring waktu berkembang menjadi media untuk meminta-minta. Selain itu, tanah longsor sering terjadi akibat kecuraman lereng dan faktor alih fungsi lahan.
Jalur Kereta Api: Terowongan dan Stasiun Tertua
Dua terowongan kereta api, Mrawan dan Garahan, membelah Gunung Gumitir sejak zaman kolonial. Stasiun Mrawan dan Stasiun Garahan, meskipun tidak lagi melayani penumpang, tetap menjadi saksi sejarah perkeretaapian di kawasan ini.
Gunung Gumitir tidak hanya menawarkan keindahan alam yang memukau, tetapi juga menyimpan sejarah yang kaya dan beragam. Dari legenda mistis hingga jejak sejarah kolonial, gunung ini menjadi destinasi yang menarik untuk dijelajahi. Selamat menelusuri keunikan Gumitir di Jawa Timur!
Baca Juga :
Pariwisata dan Konservasi Alam di Gunung Gumitir
1. Lori Kaliraga: Eksplorasi Wisata Bersejarah
Salah satu daya tarik wisata yang unik di Gumitir adalah Lori Kaliraga. Paket wisata ini, singkatan dari Kalibaru-Mrawan-Garahan, menawarkan perjalanan menarik melintasi perkebunan kopi, cokelat, hutan pinus, dan pemandangan Gunung Gumitir. Dengan lori yang berangkat dari Stasiun Kalibaru menuju Stasiun Mrawan dan berakhir di Stasiun Garahan, Lori Kaliraga memberikan pengalaman wisata yang tak terlupakan. Perjalanan ini juga melibatkan lintasan menarik, seperti Terowongan Garahan (113 m) dan Terowongan Mrawan (690 m).
2. Café & Rest Area Gumitir: Kuliner dan Rekreasi
Dalam upaya optimalisasi lahan perkebunan, PTPN XII mendirikan “Café & Rest Area Gumitir” pada 14 Maret 2010. Café ini bukan hanya menyajikan komoditas utama seperti kopi, karet, kakao, teh, dan kayu-kayuan, tetapi juga menjadi tempat rekreasi yang menarik. Area café berkembang menjadi 3 hektar, menawarkan berbagai fasilitas, termasuk permainan outbound, flying fox, ATV, berkuda, area bermain anak, dan lapangan olahraga. Kursi kayu raksasa dari kayu Segawe menjadi daya tarik utama, menciptakan suasana unik bagi pengunjung.
3. Konservasi Alam dan Tantangan Lingkungan
Gunung Gumitir menjadi habitat bagi komunitas monyet, yang mengalami penurunan populasi pada tahun 1990-an akibat perburuan untuk dijual. Dengan pengawasan ketat dari Perhutani, populasi monyet meningkat meskipun masih jarang terlihat di tepi jalan. Namun, tantangan konservasi muncul seiring dengan alih fungsi lahan menjadi perkebunan rakyat setelah kerusuhan 1998. Penggundulan hutan dan perubahan suhu udara memengaruhi lingkungan, sementara mata pencaharian masyarakat berubah menjadi petani.
Gunung Gumitir, selain menawarkan pesona alam yang indah, juga menghadirkan sejarah dan tantangan lingkungan yang perlu mendapat perhatian. Semangat konservasi dan pengembangan wisata berkelanjutan menjadi kunci untuk menjaga keunikan dan keberlanjutan Gunung Gumitir bagi generasi mendatang.
Baca Juga : Gunung Kelimutu Warna-Warna Misterius dan Mitos Kuno