Hai Sobat Jelajah! Hari ini kita akan merambah ke Kota Mojokerto, Jawa Timur, untuk mengeksplorasi kecantikan alam yang tersembunyi di Gunung Boklorobubuh. Yuk, siapkan sepatu hiking dan ranselmu, karena petualangan kita dimulai!
Puncak Anggun di Pegunungan Anjasmoro
Gunung Boklorobubuh, dengan ketinggian mencapai 2.230 meter di atas permukaan laut, adalah salah satu mahakarya alam yang memikat. Terletak di Kabupaten Mojokerto, gunung ini memayungi Kecamatan Jatirejo dan Kecamatan Gondang. Sisi dramatis Pegunungan Anjasmoro menjadi rumah bagi keindahan alam yang menakjubkan.
Pemandangan yang Memukau di Puncak Semar dan Puncak Kukusan
Perjalanan menuju puncak Gunung Boklorobubuh tak hanya menantang, tetapi juga penuh kejutan. Di sekitarnya, terdapat Puncak Semar dan Puncak Kukusan yang menyuguhkan panorama menakjubkan. Sobat Jelajah, persiapkan dirimu untuk terpesona oleh pesona alam yang begitu memukau.
Sungai-sungai yang Menyiratkan Keindahan
Gunung Boklorobubuh bukan hanya tentang puncaknya yang memukau, tetapi juga tentang sungai-sungai yang menjalari lerengnya. Sungai Geruh, Sungai Klera, Sungai Jembul, dan Sungai Jatirejo membentangkan keindahan alam yang menakjubkan. Air yang mengalir melalui lembah-lembah hijau memberikan nuansa kedamaian dan keasrian.
Keindahan Alam yang Memanggil Petualangan
Bagi Sobat Jelajah yang haus petualangan, Gunung Boklorobubuh adalah surga terbuka yang menanti. Setiap langkahmu di sini adalah kisah baru yang ditorehkan di buku petualanganmu. Kabut yang menyelinap di puncak gunung menambah misteri dan ketegangan dalam perjalananmu.
Kenangan yang Abadi di Gunung Boklorobubuh
Selesaikan perjalananmu dengan mengabadikan momen-momen indah bersama Sobat Jelajah. Jangan lupa untuk meresapi keindahan matahari terbenam di puncak gunung, menciptakan kenangan yang akan terus terpatri dalam hati.
Penutup: Bersiaplah untuk Petualangan Tanpa Batas!
Sobat Jelajah, Gunung Boklorobubuh menanti untuk dijelajahi. Rasakan kehangatan sinar matahari, dengarkan riak air sungai, dan nikmati kesejukan udara pegunungan. Petualangan sejati tak hanya tentang destinasi, tetapi juga tentang momen-momen yang dijalani. Selamat menjelajah dan raih pengalaman tak terlupakan di Gunung Boklorobubuh!
Misteri Cinta di Lereng Anjasmoro: Legenda Joko Mujung dan Sang Boklorobubuh
Hai Sobat Jelajah! Kali ini kita akan membongkar tabir cerita dari kawasan Lereng Anjasmoro, Jawa Timur, yang penuh dengan misteri cinta dan petualangan. Yuk, simak kisah Legenda Joko Mujung dan Sang Boklorobubuh!
Asal-Usul Cinta di Lereng Anjasmoro
Dikisahkan, Joko Mujung adalah seorang pemuda yang dipersunting oleh seorang putri dari Ratu Pantai Selatan. Ibunda Joko Mujung, Roro Bubuh, merupakan seorang selir dari Raja Majapahit yang tinggal di pengasingan di Wonosalam, Lereng Anjasmoro. Keberadaan Lereng Anjasmoro ini terletak tidak jauh dari Trowulan dan Istana Kerajaan Majapahit yang megah.
Misteri Nama Sang Putri dan Keistimewaannya
Sayangnya, nama Sang Putri dari Penguasa Pantai Selatan tak terungkap, begitu juga dengan keistimewaannya yang membuat terjalinnya perjodohan tersebut. Apakah ini karena persaingan di antara selir-selir ataukah keinginan pribadi Roro Bubuh yang ingin menjalani pertapaan di puncak gunung? Mungkin saja, dan lereng Anjasmoro menyimpan banyak misteri terkait dengan cerita ini.
Petilasan Pertapaan dan Arca di Pegunungan Anjasmoro
Jejak Roro Bubuh terlihat jelas di Pegunungan Anjasmoro. Para pendaki sering menemukan bekas petilasan pertapaan dan arca yang tersebar di lereng gunung. Semua itu diyakini sebagai bagian dari peninggalan Sang Roro Bubuh yang meninggalkan jejaknya di alam.
Pesta Pernikahan yang Hancur Berantakan
Persiapan untuk pernikahan Joko Mujung dan Sang Putri tidak kalah dramatis. Layaknya pernikahan pada umumnya, persiapan dilakukan dengan menyajikan berbagai kue dan hidangan lezat seperti kue lapis, nogosari, dan nasi uduk. Bahkan, pagelaran wayang kulit pun disiapkan untuk menghibur tamu undangan. Semua orang sibuk mempersiapkan segala perlengkapan pernikahan.
Pernikahan di Bawah Sinar Bulan dan Matahari
Pernikahan dilangsungkan pada malam hari, karena Sang Pengantin Putri berasal dari kalangan bangsa jin yang menguasai dunia malam. Namun, acara berlangsung terlalu lama, hingga tak terasa fajar menyingsing dengan ayam jantan berkokok sebagai tanda pagi. Tamu-tamu, termasuk yang berasal dari bangsa jin, berhamburan menyelamatkan diri karena takut terkena sinar matahari yang dapat mengubah mereka menjadi batu.
Misteri Kue Lapis di Air Terjun Selo Lapis
Acara pernikahan berakhir kacau, dengan kue dan sajian makanan berserakan ditinggalkan oleh para tamu. Kini, sisa-sisa kue lapis terukir indah di lekuk-lekuk batu di Air Terjun Selo Lapis. Tempat ini kini menjadi destinasi wisata alam dengan cerita tersendiri, yang juga dipercaya sebagai reruntuhan candi dan pemandian para putri kerajaan.
Jejak Wayang dan Kutukan di Bukit Selo Ringgit
Pagelaran wayang yang seharusnya menjadi hiburan, kini menjadi batu yang membentuk Bukit Selo Ringgit. Kisah ini menjadi inspirasi untuk memberi nama bukit ini, di mana “selo” artinya batu dan “ringgit” artinya wayang. Legenda ini bahkan menjadi cerita di kawasan Argowayang dalam Gugusan Pegunungan Anjasmoro.
Kisah Jaran Dawuk dan Air Terjun Misterius
Di balik Puncak Kukusan, terdapat air terjun yang dipercaya sebagai air kencing dari Jaran Dawuk atau Kuda Kelabu, yang katanya merupakan Pegasus abu-abu atau unicorn. Air terjun ini menjadi inspirasi tarian tradisional Jawa Timur. Legenda ini juga dihubungkan dengan kecelakaan pesawat di Wonosalam pada tahun 1964, yang diduga dipengaruhi oleh alunan gamelan wayang yang terdengar di kawasan tersebut.
Kutukan Watu Jengger dan Kekhawatiran Penduduk Lokal
Ayam yang berkokok juga ikut menjadi batu, terwujud dalam Watu Jengger yang bentuknya mirip dengan jengger ayam raksasa. Lokasi ini dianggap sebagai tempat yang terkutuk oleh Joko Mujung, dan para penjelajah lokal menyembunyikannya karena diyakini membawa kutukan. Hewan buas dan bahayanya medannya menjadikan Watu Jengger dilarang untuk dikunjungi.
Puncak Cemoro Sewu dan Nasib Putri yang Melarikan Diri
Tidak diceritakan bagaimana nasib Sang Putri yang melarikan diri karena datangnya Sang Fajar. Namun, di Puncak Cemoro Sewu, terdapat batu berlapis yang diyakini sebagai tempat pertapaan seorang putri. Apakah ini terkait dengan keputusasaan Sang Putri ataukah ada kaitannya dengan Watu Lapis?
Batu Berlapis dan Kesedihan Joko Mujung
Joko Mujung, melihat acara pernikahannya berantakan, terduduk sambil meluruskan kaki di samping panci kukusan yang masih mengepulkan asap. Dari situlah julukan “Joko Semujung” atau “Joko Mujung” muncul, menggambarkan kakinya yang sembujung melihat bubar pernikahannya.
Bukit Joko Mujung yang Dilupakan
Ironisnya, nama Bukit Joko Mujung tenggelam dan digantikan oleh Bukit Watu Jengger. Para pemuda perintis wisata berganti nama tanpa memahami lokasi Watu Jengger yang sebenarnya berbahaya. Kutukan dan larangan untuk mengunjungi Watu Jengger menjadi misteri tersendiri. Bukit Joko Mujung yang seharusnya menjadi ikon tenggelam, dan kini lebih dikenal sebagai Bukit Watu Jengger oleh para perintis wisata.
Pandangan Aneh dari Bareng, Jombang
Sebuah pandangan aneh terlihat dari Bareng, Jombang, dimana Puncak Kukusan tampak seperti sosok yang sedang tidur berbaring. Kata “Joko Mujung” mungkin berasal dari bahasa Jawa yang artinya pemuda yang berbaring atau tidur berselimut. Pemandangan ini memberikan keunikan tersendiri pada kawasan Lereng Anjasmoro.
Kukusan, Boklorobubuh, dan Dekatnya Posisi Mereka
Puncak Kukusan, Boklorobubuh, dan Joko Mujung memiliki posisi yang berdekatan dalam gugusan Pegunungan Anjasmoro. Beberapa penduduk setempat menyebut Puncak Kukusan sebagai Puncak Boklorobubuh, mungkin karena perbedaan sudut pandang yang menyebabkan variasi penyebutan tersebut.
Roro Bubuh: Asal Nama Boklorobubuh
Ibunda Joko Mujung, Roro Bubuh, diduga sebagai asal muasal nama Boklorobubuh. Kemungkinan, nama ini berasal dari kata “Mbok Roro Bubuh,” namun variasi penyebutan seperti Blakorobubuh, Blokrorobubuh, Bokrobubuh, dan sejenisnya muncul karena kurangnya keseragaman dalam logat dan pengucapan.
Mengenang Legenda yang Dilupakan
Sayangnya, legenda Joko Mujung dan Sang Boklorobubuh kini kurang dikenal oleh banyak orang. Nama kawasan menjadi kabur dan banyak kerusakan akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Padahal, lereng Anjasmoro adalah salah satu destinasi terindah yang dihargai oleh penjelajah setempat.
Menelusuri Jejak Legenda dengan Bijak
Nama Bukit Joko Mujung terlupakan, digantikan oleh Bukit Watu Jengger tanpa pemahaman akan bahayanya. Ironisnya, para pemuda tersebut bahkan tidak tahu di mana letak Watu Jengger yang sebenarnya, karena medannya yang sangat ekstrim. Watu Jengger pernah menewaskan seorang pendaki, menjadikannya tempat yang terlarang dan membawa kutukan dari Joko Mujung.
Menjaga Kearifan Lokal dan Menghormati Warisan
Cerita legenda Joko Mujung dan Sang Boklorobubuh memiliki banyak variasi, dan setiap versi merupakan kekayaan warisan lokal yang perlu dilestarikan. Dengan merawat cerita-cerita ini, kita dapat memberikan wawasan kepada generasi mendatang tentang kekayaan kisah daerah mereka sebelum tergoda oleh cerita dari tempat lain.
Teruslah menjaga kearifan lokal, Sobat Jelajah. Semoga kisah ini memberikan tambahan wawasan dan menginspirasi untuk menjaga dan menghormati warisan budaya kita. Selamat menjelajah dan teruskan petualanganmu dengan bijak!
Baca Juga : Gunung Bongkok Pesona Alam di Perbukitan Bengkok-Aseupan