Gunung Bawakaraeng: Wisata, Ekologi, dan Mitos Yang Menawan

Gunung Bawakaraeng

Share This Post

Hai Sobat Jelajah! Kita akan mengajak kalian menjelajahi salah satu keajaiban alam Sulawesi Selatan, yaitu Gunung Bawakaraeng. Terletak di Kabupaten Gowa, gunung ini bukan hanya menjadi destinasi wisata yang menarik, tetapi juga memiliki peran ekologis yang sangat penting.

Keindahan Lereng dan Pesona Malino

Gunung Bawakaraeng memancarkan keindahan alamnya di lerengnya yang tinggi, menghiasi wilayah ketinggian Malino. Malino, sebuah tempat wisata yang terkenal di Sulawesi Selatan, terletak di kaki gunung ini. Pesona alam Malino dengan udara sejuk dan pemandangan yang memukau menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Peran Ekologis: Sumber Penyimpan Air yang Vital

Secara ekologis, Gunung Bawakaraeng memiliki peran penting sebagai sumber penyimpan air untuk beberapa daerah di sekitarnya. Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Sinjai menjadi penerima manfaat dari keberadaan gunung ini sebagai penyangga air yang vital bagi kehidupan masyarakat setempat.

Mitos dan Makna Gunung Bawakaraeng

Bagi masyarakat sekitar, Bawakaraeng tidak hanya menjadi objek alam, tetapi juga sarat dengan makna dan mitos yang kental. Dalam bahasa setempat, “Bawa” berarti Mulut, dan “Karaeng” berarti Tuhan. Oleh karena itu, Bawakaraeng diartikan sebagai “Gunung Mulut Tuhan.”

Masyarakat yang menganut sinkretisme di sekitar gunung ini meyakini bahwa Bawakaraeng adalah tempat pertemuan para wali. Penganut keyakinan ini menjalankan ibadah haji di puncak gunung setiap musim haji atau bulan Zulhijjah, seiring dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Puncak Bawakaraeng atau Gunung Lompobattang menjadi saksi dari salat Idul Adha yang diadakan pada tanggal 10 Zulhijjah setiap tahunnya.

Kesimpulan: Memeluk Keajaiban Gunung Bawakaraeng

Dengan keindahan alam, peran ekologis yang vital, dan mitos yang kaya, Bawakaraeng menjadi destinasi yang menawan. Mari kita nikmati pesona Malino, merasakan kesegaran udara pegunungan, dan memahami makna yang dihayati oleh masyarakat setempat. Teruslah menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal. Sampai jumpa di puncak Bawakaraeng, 

Baca Juga : 

Mengenang Tragedi Longsor di Gunung Bawakaraeng

Sobat Jelajah, mari kita mengenang suatu peristiwa yang mendalam dan penuh duka, yaitu tragedi longsor yang terjadi di kaki Bawakaraeng pada Jumat, 26 Maret 2004, sekitar pukul 14.00 WITA, di Kecamatan Tinggimoncong.

Tragedi yang Merenggut Nyawa dan Menghancurkan Tanah

Musibah longsor ini membawa duka mendalam, merenggut nyawa 30 warga sekitar, dan merusak ribuan areal sawah serta perkebunan. Kejadian ini menyisakan luka yang mendalam di hati masyarakat setempat dan menjadi kenangan tragis dalam sejarah Gunung Bawakaraeng.

Dampak Lingkungan dan Kelabilan Daerah Aliran Sungai

Akibat eks wilayah longsor, daerah aliran sungai (DAS) menjadi labil. Setiap musim hujan, lumpur dari kaki Bawakaraeng mengalir menuju Bendungan Bilibili, bedungan terbesar di Sulawesi Selatan yang berada di Kabupaten Gowa. Bendungan ini menjadi sumber air baku penting bagi Gowa dan Makassar. Sungai Jeneberang, sungai terbesar di Gowa yang membelah Sungguminasa dan membendung Kota Makassar di wilayah selatan, juga terdampak oleh aliran lumpur tersebut.

Tragedi yang Menyisakan Duka dan Tantangan Pendakian

Gunung Bawakaraeng, selain menjadi tempat pendakian yang menantang, juga menyimpan cerita kelam akibat kurangnya persiapan yang matang. Tingginya sekitar 2.845 mdpl di atas permukaan laut menjadikannya arena pendakian yang menuntut kehati-hatian ekstra. Tragedi hipotermia yang menelan korban menjadi catatan pahit, menunjukkan bahwa keselamatan pendaki harus menjadi prioritas utama dalam setiap petualangan.

Mengambil Hikmah dan Menjaga Kelestarian Alam

Dalam kesedihan dan duka, mari kita mencoba mengambil hikmah. Tragedi ini menjadi pengingat akan kekuatan alam yang perlu dihormati dan kebutuhan akan persiapan yang matang sebelum menjelajahi daerah berisiko. Selain itu, menjaga kelestarian alam Bawakaraeng menjadi tanggung jawab bersama agar musibah serupa tidak terulang di masa depan.

Sobat Jelajah, semoga kita dapat belajar dari peristiwa tragis ini dan selalu menjaga keamanan dan kelestarian alam saat menjelajahi keindahan Gunung Bawakaraeng. Sampai jumpa di petualangan berikutnya, tetap berhati-hati dan penuh kesadaran!

Baca Juga : Gunung Gandang Dewata: Keanekaragaman Alam Sulbar

More To Explore

7 Fakta Gunung Agung
Destinasi Jelajah
Admin

7 Fakta Gunung Agung

7 Fakta Gunung Agung: Mahakarya Alam Bali yang Penuh Pesona dan Misteri – Gunung Agung, gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian mencapai 3.031 meter

Read More »
7 Fakta Gunung Talang
Destinasi Jelajah
Admin

7 Fakta Gunung Talang

7 Fakta Gunung Talang: Keindahan dan Misteri di Sumatera Barat – Gunung Talang, salah satu gunung aktif yang terletak di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, adalah

Read More »
7 Fakta Gunung Singgalang
Destinasi Jelajah
Admin

7 Fakta Gunung Singgalang

7 Fakta Gunung Singgalang: Gunung Mistis dengan Pesona Tak Terbantahkan – Gunung Singgalang, salah satu gunung berapi yang sudah tidak aktif, berdiri gagah di Sumatera

Read More »

Populer Trips Hiking

Do You Want To Boost Your Skill Hiking?

drop us a line and keep in touch

Kirim Pesan
Dapatkan Paket Private Trip dari kami dengan pralatan dan pelayanan terbaik serta harga MURAH. Silahkan chat kami untuk info lebih lanjut